Adab lebih tinggi dari ilmu – Sobat Cahaya Islam, para ulama memandang kedudukan adab lebih tinggi dari ilmu. Mengapa bisa demikian? Karena faktanya banyak orang yang memiliki ilmu tinggi tetapi kurang baik adab dan akhlaknya.
Kurangnya mempelajari adab menjadikan menurunnya nilai seseorang. Walaupun dia memiliki ilmu yang tinggi dengan banyak gelar, jika tidak mengamalkan adab-adab Islami bisa jadi masyarakat menganggapnya kurang layak menjadi teladan.
Definisi Adab
Sebelumnya, penting bagi Sobat Cahaya Islam mengetahui definisi adab. Salah satu definisi yang paling umum adalah definisi Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Menurut beliau, adab adalah penggunaan apa yang terpuji dalam perkataan dan perbuatan. Para ulama banyak menggunakan definisi ini karena bersifat umum dan menyeluruh.
Apa Sebabnya Adab Lebih Tinggi dari Ilmu?
Para ulama terdahulu telah mengajarkan kepada kita tentang keutamaan adab daripada ilmu. Seperti yang Umar bin Khattab ra katakan, “Bersikaplah sopan lalu belajar.”
Salah seorang ulama besar, yakni Imam Malik, menyatakan, “Ibu biasa memakaikan sorbanku dan menyuruhku pergi menemui Rabi’ah untuk belajar sopan santun darinya.”
Ulama lainnya yaitu Al-Laits bin Sa’ad berkata, “Kalian lebih memerlukan sedikit adab daripada ilmu yang banyak.”
Adab dan ilmu dalam Islam memang saling berkaitan. Seseorang yang ilmunya bertambah tetapi akhlaknya tidak semakin baik, berarti dia belum mengamalkan apa yang dipelajari.
Hadits Tentang Adab Lebih Tinggi dari Ilmu
Islam sangat mengutamakan kemuliaan akhlak dan adab. Hadits-hadits Rasulullah saw banyak menunjukkan bahwa kedudukan adab lebih tinggi dari ilmu. Salah satu di antaranya adalah hadits, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad no 8952)
Rasulullah saw sendiri adalah orang yang paling baik akhlaknya. Kebaikan akhlak beliau menjadikan semua orang mudah menyukai beliau, bahkan para musuh pun merasa segan terhadap beliau.
Demikian bagusnya akhlak Nabi Muhammad saw sehingga Allah ‘Azza wa Jalla memuji beliau di dalam Al-Qur’an. Sobat Cahaya Islam bisa menyimaknya dalam ayat berikut, “Dan sesungguhnya engkau berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam: 4)
Manfaat Adab dan Akhlak yang Baik
Memang adab lebih tinggi dari ilmu, sehingga mengetahuinya saja tentu tidak cukup tanpa mempraktekkannya. Mengamalkan akhlak dan adab Islami tentunya menghadirkan berbagai manfaat. Di antara manfaatnya adalah:
Mendatangkan kecintaan Allah dan Rasul-Nya
Sebuah hadits menjelaskan bahwa datang beberapa orang menjumpai Rasulullah saw. Selanjutnya mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah hamba yang paling dicintai Allah?”
Nabi Muhammad saw menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” (HR Ahmad, 4/278)
Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad saw menyampaikan, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” (HR Tirmidzi no 1941)
Allah Ta’ala menjanjikan pahala surga
Nabi saw bersabda, “Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (HR At-Tirmidzi, no 2004)
Rasulullah saw juga bersabda, “Aku menjamin sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi orang yang baik akhlaknya.” (HR Abu Dawud no 4800)
Memperberat timbangan amal
Nabi Muhammad saw telah bersabda, “Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan manusia di hari kiamat daripada akhlak yang baik.” (HR Abu Dawud no 4799)
Menyempurnakan iman
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw menyebutkan, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Abu Dawud no 4682)
Sungguh luar biasa manfaat dari akhlak dan adab yang baik. Semestinya manfaat-manfaat tersebut menjadi motivasi bagi kita untuk terus menghias diri dengan akhlak mulia. Tentunya dengan tujuan hanya untuk meraih ridha Allah Ta’ala semata.
Demikianlah, dalam Islam adab lebih tinggi dari ilmu. Karenanya penting bagi kita untuk senantiasa mempelajari adab dan akhlak yang baik dan lebih penting lagi untuk mengamalkannya.