Tale of Nine Tailed – Cukup banyak drama Korea menarik dengan genre dan cerita tersendiri yang menjadi favorit banyak orang. Salah satu di antara banyaknya drama tersebut ada Tale of Nine Tailed.
Drama tersebut mengisahkan tentang legenda atau mitos yang menjadi cerita rakyat. Tak heran jika jalan ceritanya cukup menarik untuk disaksikan terutama para penggemar drama Korea.
Sinopsis Drama Legenda Tale of Nine Tailed
Penayangan drama legenda Tale of Nine Tailed 1938 di Korea Selatan sebenarnya sudah berlangsung beberapa waktu sebelumnya. Drama Korea tersebut diperankan oleh aktor populer Lee Dong Wook, Kim Bum, Kim So Yeon, dan Ryoo Kyung Soo.
Drakor satu ini mengisahkan tentang karakter bernama Lee Yeon yang terlibat di dalam kasus tidak terduga. Karena kasus itulah, ia melakukan perjalanan kembali ke masa lampau tepatnya tahun 1938 silam.
Di tahun 1938, ia bertemu kembali dengan Ryu Hong Joo. Sebelumnya ia pernah menjadi seorang roh penjaga gunung di kawasan barat yang menjadi legenda di Korea Selatan.
Namun di tahun 1938, ia merupakan seorang pemilik restoran kelas atas bernama Myoyeongak yang berada di ibu kota Gyeongseong. Selain itu, ada juga legenda tentang roh penjaga gunung timur yaitu Cheon Mu Yong yang berteman dengan Lee Yeon.
Legenda dalam Islam
Sobat Cahaya Islam, hal yang menarik dalam cerita drama Korea Tale of Nine Tailed yaitu cerita legenda dan mitosnya. Memang banyak sekali legenda atau mitos yang masih saja dipercaya sampai saat ini.
Biasanya legenda kerap mengandung kisah mistik tentang kejadian di masa lalu. Selain itu, biasanya legenda juga terkandung penafsiran alam semesta seperti penciptaan alam dunia serta makhluk di dalamnya.
Namun agama islam jelas memandang legenda sebagai suatu jalan yang cukup berbeda dengan kaidah dan hukum syariat islam. Apalagi tak jarang orang menjadikan tokoh dalam sebuah legenda sebagai kepercayaan sampai keyakinan tersendiri.
Pandangan Agama Islam Tentang Legenda
Jika berbicara tentang legenda, islam rupanya mempunyai pandangan tersendiri. Sobat Cahaya Islam, berikut terdapat pandangan islam terkait legenda maupun tokoh-tokoh di dalamnya:
1. Percaya Legenda Berlebihan Adalah Musyrik
Percaya kepada legenda terlalu berfikiran merupakan cara berpikir bagi orang musyrik. Sebab orang sejenis ini kerap kali tidak memakai hati dan akal untuk mencari maupun mengamalkan kebenaran.
Padahal, Allah SWT berfirman:
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Artinya : “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah : 147)
2. Memegang Teguh Penyimpangan dalam Suatu Cerita Legenda Termasuk Musyrik
Dalam sebuah cerita legenda, tak jarang ada ajaran tertentu berupa ritual maupun kebiasaan lainnya. Jika Anda terlalu mengikuti atau percaya kepada hal tersebut, maka jelas menyimpang dari ajaran serta tauhid dalam prinsip dasar agama islam.
Faktanya, hanya Allah SWT yang bisa mendatangkan kebaikan serta kemudharatan. Ini tertuang dalam:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ
Artinya : “Dan janganlah kamu beribadah kepada yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus : 106)
3. Tidak Mengaitkan Hal yang Terjadi dengan Legenda
Tak jarang seseorang mengaitkan apa yang terjadi dengan cerita legenda. Padahal, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas izin Allah SWT.
Hal ini tertuang dalam:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : “Tidak ada suatu pun yang menimpa seseorang kecuali daengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Thagabun : 11)
Sobat Cahaya Islam, itulah beberapa pandangan islam terkait legenda seperti yang ada dalam Tale of Nine Tailed. Wallahu a’lam.
