Hotma Sitompul – Beberapa hari ini tengah memperbincangkan tentang kasus lanjutan Hotma Sitompul. Kali ini, kasus yang menyeret namanya datang dari Rosmawati yang mengaku sebagai mantan istrinya. Hotma dituding tidak dapat menjadi seorang yang baik kepada anak Rosmawati, anak kandung Hotma sendiri. Hal ini tentu saja menyisakan pertanyaan pada berbagai publik.
Sobat Cahaya Islam, kasus yang menimpa Hotma Sitompul juga terjadi pada sebagian keluarga yang memilih untuk berpisah. Hal ini menjadikan kasih sayang yang didapatkan anak tak menjadikan utuh. Padahal dalam Islam, mantan anak tidak pernah ada sehingga tanggung jawabnya tetap terdapat pada ayah kandung selagi dia masih belum dewasa.
Bagaimana Umat Menyikapi Kasus Hotma Sitompul?
Sebagai umat Islam, hendaknya melakukan tabayyun terlebih dahulu agar tidak terjadi fitnah. Namun terlepas dari benar tidaknya kasus tersebut, terdapat hal – hal yang perlu dipahami manakala seseorang diamanahi menjadi seorang ayah.
Dalam Islam, orangtua merupakan komponen yang memberikan pemahaman kepada sejak dini kepada anaknya. Sehingga peran keduanya begitu besar. Sebab itulah, di awal sebelum pernikahan para calon orangtua akan saling membuat visi-misi untuk mencetak keluarga rabbani. Dari visi – misi tersebutlah sang anak diharapkan menjadi generasi penerus Islam.
Selain ibu sebagai madrasatul ula, sang ayah juga memberikan peran dalam menancapkan pemahaman dan memberikan teladan yang baik. Sikap pemberani, pantang menyerah dan menjadikan syariat sebagai jalan hidup juga harus mampu dicontohkan sang ayah kepada sang anak sejak dini.
Namun, bilamana bila orangtua memutuskan untuk berpisah? Maka di dalam Islam, seharusnya sang anak tetap mendapatkan perhatian khusus. Walaupun keadaannya akan berbeda, sebab tak adanya ikatan lagi antara ibu dan ayah. Selain itu, sang ayah juga tidak berhak untuk memutuskan silaturrahmi dengan anak maupun keluarga besar.
Faktanya, fenomena hari ini malah menunjukkan ketika terjadi perceraian anaklah yang jadi korban. Sudahlah tidak mendapatkan kasih sayang, sang anak juga tak mendapat pemahaman yang cukup sehingga terkadang menjadikannya sebagai anak broken-home.
Hal ini tentu sangat disayangkan. Sebab, seharusnya sang anak menjadi generasi oenerus, malah terbebani dnegan potret keluarga yang kurang baik. Selain itu, gambaran ayah yang menelantarkan dan acuh terhadap sang anak menjadi potret sang anak tentang sikapnya di masa depan saat menjadi ayah. Ternyata efeknya pun memiliki jangka panjang.
Bagaimana Kriteria Ayah yang Baik di Mata Sang Anak?
Terdapat berbagai cara agar sang ayah dapat diteladani sebagai ayah yang baik bagi anak. Beberapa kriteria diantaranya adalah :
1. Senantiasa Menjaga Aqidah
Salah satu hal ang diperlukan menjadi kriteria ayah ideal dalam Islam yakni membiasakan diri untuk menjaga aqidah dalam masalah apapun. Aqidah adalah landasan atau dasar hidup dari segala pemahaman yang dimiliki ummat. Akan menjadi kacau kehidupan sang ayah bila menjaga aqidah saja tidak bisa.
2. Mengajarkan Keberanian dan Tanggung Jawab
Selain itu, ayah juga harus melatih dan membiasakan diri mengajarkan anaknya untuk berani dan bertanggungjawab. Terutama kepada sang anak laki – laki. Sebab, ia akan menjadi penerus kepemimpinan dalam keluarga maupun hal lainnya.
3. Berlaku Jujur
Salah satu hal yang harus diwariskan sang ayah kepada anak yakni karakter untuk senantiasa bersikap jujur. Sebab kejujuran biasanya lebih suka dihindari oleh manusia karena resiko yang amat besar. Padahal perilaku ini amat baik di mata Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yakni :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. HR. Muslim no. 2607
Nah Sobat Cahaya Islam, itulah pembahasan pandangan Islam mengenai kasus Hotma Sitompul. Semoga permasalahan yang mencuat dapat segera terselesaikan dengan cara damai. Selain itu, semoga ulasan mengenai kriteria ayah yang baik dapat diimplementasikan oleh para ayah atau calon ayah generasi peradaban Islam.