Ralali Indonesia – Ralali Indonesia, salah satu market place besar kepemilikannegeri menjadi perhatian publik akibat aksi positif yang tengah dilakukan.
Kali ini, aksinya adalah menyemarakkan Hari Tani dan berkolaborasi dengan MBN (Mitra BumDes Nusantara) untuk memberikan kesejahteraan penuh bagi para pelaku pertanian, para pemilik jasa ternak dan UMKM negeri.
Sobat Cahaya Islam, aksi Ralali Indonesia untuk negeri patut umat acungi jempol. Hal ini juga harusnya menjadi panutan bagi para pemilik market place untuk lebih giat lagi dalam memajukan perekonomian Indonesia khususnya di sektor agraria.
Bagaimana Umat Merespon Aksi Ralali Indonesia untuk Negeri?
Sobat Cahaya Islam, aksi Ralali Indonesia merupakan salah satu bentuk wujud kepedulian yang harus umat hargai bahkan juga diapresiasi.
Sebab, tak banyak platform market place yang mau dan memiliki visi mulia seperti halnya Ralali khususnya di sektor agraria.
Tentu dengan adanya aksi perusahaan tersebut, maka perekonomian Indonesia di sektor agraria akan semakin maju dan dapat membantu eskalasi perekonomian negeri.


Eksistensi market place seperti Ralali akan semakin membawa dampak positif. Jika melihat kondisi agraria sekarang, tentu umat akan dapat merasa bahwa situasinya tidak baik – baik saja.
Padahal, Indonesia adalah negeri agraria yang lumayan besar dan bahkan sering dikenal dengan sebutan “gemah ripah loh jinawi”.
Namun, slogan ini sepertinya juga tak mampu membawa kesejahteraan bagi umat.
Kesenjangan ekonomi pun akhirnya semakin terlihat jelas antara si miskin dan kaya. Sungguh sangat kontradiktif dengan kondisi SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah ruah.
Jika umat tilik lebih lanjut, kondisi tersebut wajar saja terjadi jika sampai saat ini penguasaan SDA hanya berkutat pada para kapitalis semata. Padahal, Rasulullah SAW dalam haditsnya menyampaikan bahwa umat Islam berserikat dalam 3 hal yakni :
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِى ثَلاَثٍ فِى الْكَلإِ وَالْمَاءِ وَالنَّارِ
Artinya : Kaum muslimin itu berserikat (dalam kepemilikan) pada tiga hal: rerumputan (yang tumbuh di tanah tak bertuan), air (air hujan, mata air, dan air sungai), dan kayu bakar (yang dikumpulkan manusia dari pepohonan).” (HR. Abu Daud no. 3477 dan Ahmad 5: 346. Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat penjelasan Al Baydhowi yang dinukil oleh Al Munawi dalam Faidhul Qodir 6: 271).
Para pemilik modal adalah orang – orang yang memang memegang kontrol kendali penuh atas SDA bahkan menguasai SDM negeri. Ironi, tapi inilah fakta yang tak bisa umat nafikkan.
Mengapa Negeri Agraria Tak Bisa Makmur?
Sobat Cahaya Islam, negeri Indonesia yang sarat akan sektor pertanian tentu saja menjadi kebanggan tersendiri. Namun, hal tersebut akan menjadi duka mendalam bila tak dapat dimanfaatkan dengan baik.
Misalnya saja, sektor pertanian negeri. Sampai tahun 2021 ini, masih sering umat jumpai opini publik yang mengisyaratkan kesedihan akan kehidupan para petani.


Para buruh tani merasa bahwa kebutuhan untuk hidup kian hari semakin meningkat namun mata pencaharian yang mereka lakukan tak kunjung memberikan kepastian.
Di sisi lain, sebagian umat tentu melihat kondisi para pemasok beras bahkan perusahaan pengelolanya yang masih bisa berlenggang di tengah penderitaan para buruh tani. Tentu saja, kalau bukan karena sistem ekonomi Kapitalis lantas aturan apa lagi?
Aturan kapitalistik inilah yang harusnya umat tilik lebih lanjut. Padahal, pola seperti ini sudah terjadi sekian lama sejak Indonesia merdeka. Pola kehidupan yang menjadikan para pemasok, pemilik perusahaan menjadi orang yang paling memiliki kuasa dalam SDA negeri.
Sejatinya dalam Islam, SDA negeri adalah harta umum yang hasil dari pengelolaannya akan kembali ke umat. Bukan hanya untuk kenikmatan individu saja. Keren bukan Islam?
Hanya saja, opini ini memang tak mudah masuk ke dalam pemahaman umat sebab jauhnya kondisi kehidupan umat dengan prinsip Islam sebagai aturan kehidupan.
Nah Sobat Cahaya Islam, demikianlah ulasan mengenai Ralali Indonesia dan respon umat dalam aksi perusahaan tersebut.
Semoga artikel ini dapat menjadi referensi bagi umat untuk semakin berkontribusi terhadap umat dan menutup adanya hegemoni global dalam sektor ekonomi. Aaamin Yarobbal ‘Alamiin.


































