Syekh Muhammad Hisyam Kabbani – Dunia Islam berduka atas meninggalnya Ulama Sufi Syekh Muhammad Hisyam Kabbani. Beliu wafat pada 5 Desember 2024 di usia 79 tahun. Dalam perjalanan dakwahnya, Sufi Muslim Lebanon-Amerika ini berpesan untuk membangun ketahanan masyarakat terhadap kekerasan kepada para pemimpin muslim dunia.
Wafatnya Syekh Muhammad Hisyam Kabbani
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani lahir pada 28 Januari 1954. Sufi Muslim Lebanon-Amerika ini mengemukakan kritik vokalnya terhadap ekstremisme yang sempat menuai kontroversi dari beberapa muslim Amerika. Sarjana Teknik Kimia dari Universitas Amerika ini kemudian belajar ilmu kedokteran di Belgia.
Dalam perjalanan intelektualnya, Syekh Kabbani ini mengantarkannya menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Damaskus. Perjalanan spiritualnya lebih menonjol sehingga bisa memimpin Thariqat Naqsybandi Haqqani di AS. Pemimpin muslim di tanah air menyebut bahwa beliau kerap terlibat dalam sayap dakwah internasional.
Beliau tercatat sebagai pembicara dan peserta pertemuan internasional di sejumlah Negara, termasuk Indonesia. Syekh Kabbani sempat mengunjungi Indonesia dalam pertemuan dengan ribuan umat Islam di Masjid Istiqlal pada 2003.
Makna Meninggalnya Seorang Ulama Menurut Pandangan Islam
Ulama merupakan seseorang yang alim dan ahli dalam pengetahuan Islam. Para ulama juga “memiliki fungsi penting sebagai pembimbing umat Islam dari sisi keagamaan dan sosial masyarakat. Kehadiran ulama yaitu sebagai rujukan umat Islam untuk mempelajari atau bertanya persoalan hidup yang menyangkut agama.
Dalil tentang pentingnya ulama menurut Islam terdapat pada ayat Al Qur’an berikut ini:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”. (QS. as-Sajdah [32]: 24).
Kematian merupakan peristiwa yang pasti terjadi kepada setiap makhluk hidup karena tidak ada yang kekal di muka bumi ini. Ketika ajal tiba, manusia tidak ada yang menunda-nunda. Wafatnya ulama merupakan berita duka untuk umat muslim karena pertanda bahwa ilmu di muka bumi akan melambat.
Akibatnya, kemungkinan muncul beberapa ulama yang tidak memiliki keilmuan agama yang kompeten. Semakin hari, banyak penceramah yang tidak memiliki keilmuan yang memadai, sehingga berpotensi menyesatkan umat Islam. Umat Islam akan merasa kehilangan ketika para ulama memenuhi panggilan Allah.
Selain manusia, ikan dan burung-burung akan merasakan duka ketika ulama berpulang. Bahkan ketika ulama berpulang memiliki arti yang krusial. Berita duka Syekh Muhammad Hisyam Kabbani sebagai pertanda awal tercabutnya ilmu di muka bumi, sebagaimana hadist berikut ini:
“Sesungguhnya Allah SWT tidak menggenggam ilmu dengan sekali pencabutan, mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggenggam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan.” (HR Al Bukhari nomor 98)
Ilmu dari Syekh Muhammad Hisyam Kabbani ibarat cahaya yang akan memberikan manfaat bagi setiap insan. Sebab, ilmu merupakan aset untuk meraih kebahagiaan baik dunia maupun akhirat. Ulama merupakan sandaran umat, harapan dan tempat meminta nasihat serta petunjuk.
Ketika para ulama wafat, tidak ada yang menjadi panutan umat. Sebaik-baik pemberian adalah akal, sedangkan seburuk-buruk musibah adalah kebodohan. Jika tidak ada lagi ulama yang tersisa, maka umat akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai panutannya. Tanpa ilmu dan pemahaman yang baik dan benar, maka kapal tidak memberikan keselamatan.
Wafatnya ulama juga sebagai tanda dekatnya hari kiamat. Sebab, ketika ilmu sudah diangkat dari muka bumi, maka akan timbul kebodohan dan merajalelanya kebatilan yang menjadi awal kehancuran.
Wafatnya Syekh Muhammad Hisyam Kabbani tentu membuat umat Islam merasa kehilangan dan merasakan kehilangan yang mendalam. Kematian para ulama memberi pelajaran bahwa setiap bernyawa pasti merasakan kematian. Oleh karena itu, kematian harus menjadi pengingat bahwa akhirat menjadi tempat kembali.