Motivasi Islam – Honesty is a pillar for leadership, itulah yang banyak dikatakan oleh para pemimpin besar dunia. Kejujuran merupakan struktur pilar yang menjadi dasar penting dari sifat kepemimpinan seseorang. Hal ini dikarenakan dengan menjadi seorang pemimpin, seseorang akan dihadapkan pada banyak amanah dan tanggung jawab yang harus dipikul olehnya. Tanpa kejujuran yang terparti dalam hati seorang pemimpin, maka ibarat bangunan adalah rumah megah namun didalamnya rapuh dan bisa roboh setiap saat. Karena hal tersebut, ada hukuman pemimpin yang mencurangi rakyatnya.
hukuman pemimpin
Hal ini tentu berlaku untuk orang-orang yang terlibat dalam sistem kepemimpinan tersebut. Bila mereka tidak pula memiliki sifat jujur, maka sungguh jangan berharap bahwa kepemimpinan tersebut bisa awet dan berjalan lancar. Semua komponen haruslah diisi dengan kejujuran yang solid tanpa pandang bulu dari bagian terkecil hingga terbesarnya.
Melirik pada ranah kepemimpinan di negara kita Indonesia. Hal-hal semacam kejujuran dan pemegang amanat dengan sungguh seolah sudah menjadi cerita pengantar tidur untuk anak-anak. Hal itu bagaikan dongeng yang entah kebenarannya bisa dipertanggung-jawabkan atau tidak. Banyak tidak korupsi dan kecurangan yang dilakukan oleh mereka para pemimpin. Banyak para pemimpin menipu rakyatnya dengan janji-janji palsu yang tak pernah terdengar lagi gaungnya setelah mereka menduduki tahta kepemimpinan. Padahal dalam hadits Rasulullah menyatakan bahwa perilaku mencurangi rakyat tersebut berimbas sangat fatal.
Haramnya surga bagi pemimpin yang menipu rakyat yang dipimpinnya
Seorang pemimpin yang mencurangi atau menipu rakyatnya dalam hadits riwayat Muslim 4500 yang tertera dalam kitab imaroh (Catatan kepemimpinan) diancam oleh Rasulullah akan dilarang oleh Allah memasuki surga kelak di akhirat.
وَحَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ، حَدَّثَنَا أَبُو الأَشْهَبِ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ الْمُزَنِيَّ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ فَقَالَ مَعْقِلٌ إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِي حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ “ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Segala tindakan manusia terhadap orang lain sekecil apapun pastilah akan mendapat peradilan dari Allah kelak di akhirat. Pemimpin memiliki lembaran pertanggung-jawaban kepada rakyat yang dipimpin olehnya di dunia. Dia akan ditanyai soal banyak hal yang dilakukan dengan kekuasaannya dulu. Dan barang siapa yang berkhianat pada amanah dan membuat rakyatnya menderita. Maka neraka adalah tempat untuknya.
Hikmah memberikan kebijakan-kebijakan yang mengayomi rakyat
Dalam hadits diatas kita mengetahui betul betapa Allah murka kepada pemimpin yang mendzolimi rakyatnya. Dari situlah seharusnya kita bisa mengambil hikmah. Seorang pemimpin yang baik tentu akan memberikan kebijakan-kebijakan yang tidak memberatkan kepada rakyatnya. Para pemimpin yang baik akan mengayomi rakyatnya dan memastikan kesejahteraan mereka lewat kekuasaannya. Memberikan kebijakan yang adil dan hukum-hukum yang ditegakkan tanpa memberatkan sebagian kalangan atau menyenangkan sebagian kalangan saja. Pemimpin itulah yang akan dirahmati oleh Allah. Semoga menjadi inspirasi ya!