Presiden Brazil – Beberapa hari yang lalu, pemberitaan Presiden Brazil beredar di banyak media massa. Ia masuk dalam pemberitaan sebab warganya nekat melakukan konvoi moge. Konvoi itu sendiri jelas menjadi pemicu pada pelanggaran protokol kesehatan.
Sobat Cahaya Islam, pemutusan kebijakan yang diambil oleh presiden Brazil terhadap warganya memang cukup beresiko tinggi. Selain itu bagi warga keputusan presiden adalah perintah wajib agar umat bisa melakukannya.
Bagaimana Umat Menanggapi Keputusan Presiden Brazil terhadap Konvoi Tersebut?
Sebagai kaum muslimin, menaati Ulil Amri adalah kewajiban umat. Namun, Ulil amri tersebut haruslah mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan syari’at Allah SWT yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala yakni :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
Artinya : Wahai orang – orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an. Nisa’ ayat 59)
Jika presiden dari Brazil tersebut meyakini Islam sebagai agamanya, maka sudah pasti ia akan memastikan bahwa keputusannya tak sampai mendzalimi warga negara. Sebab, dzalim terhadap warga negara sama halnya dengan membuka jurang kemaksiatan yang mengantarkan pada dosa itu sendiri.
Mengapa Keputusan Seorang Pemimpin Harus Bijaksana?
Menjadi pemimpin memiliki konsekuensi yang besar dalam kehidupan. Oleh sebab itu, tak semua umat dapat memegang amanah tersebut. Gambaran pemimpi inipun telah Allah SWT sampaikan melalui kisah Abu Dzar Al Ghifari yang meminta jabatan kepada Rasulullah SAW.
Namun, Rasulullah SAW secara lembut menyampaikan bahwa Ibu Dzar masih belum mampu untuk memikul amanah tersebut. Mengenai aspek keputusan pemimpin sendiri, maka ia haruslah mengkaji dari beberapa aspek. Setidaknya aspek berikut perlu masuk dalam pertimbangan yakni :
1. Aspek Psikologis Warga
Aspek pertama yang perlu masuk dalam pertimbangan yakni psikologis warga. Berbagai kebijakan baru di ranah strategis perlu untuk menyampaikan transparansi dari sisi mental warga negara secara mayoritas.
Sebab, kebijakan akan menjadi sebuah tindakan kedzaliman pada masyarakat bila tak sesuai kondisi psikologis warga. Misalnya saja, ketika umat harus menghadapi wacana sembako yang disertai pajak, tentu wacana ini sangat mengganggu kondisi psikologis warga.
Lantas, kalau mengganggu apa tak perlu membuat kebijakan yang serupa? Bukan itu maksudnya. Tetapi setiap kebijakan haruslah mampu untuk melakukan transparansi agar mudah diterima umat sehingga psikologis warga daoat terkondisikan.
2. Aspek Kesehatan
Selain itu, aspek kesehatan yang biasa terlihat sepele juga harus stabil bahkan berkembang pesat. Kebijakan yang mampu menjadi penyokong berbagai kesehatan tentu akan sangat menentukan generasi baik di kalangan dunia akademik maupun non-formal.
Seperti contoh kondisi di maa pandemi. Di masa ini, pemimpin secara keseluruhan haruslah mampu berfikir secara mendalam dan cemerlang sebelum meng-acc berbagai kebijkan. Sebab, alih – alih kebijakan tersebut meningkatkan kesehatan malah hanya akan menjadi penyebab sakitnya generasi.
3. Aspek Pemberdayaan Ekonomi
Selain aspek kesehatan, pemberdayaan ekonomi juga perlu menjadi pertimbangan penting. Kadangkala, aspek ini seringkali berbenturan dengan aspek kesehatan. Namun bila presiden beserta tim yang lain mampu untuk merumuskan kebijakan yang kooperatif, tentu akan menjadi hal yang membanggakan.
Nah Sobat Cahaya Islam, demikianlah ulasan mengenai permasalahan Presiden Brazil yang nyaris membahayakan nyawa para warganya. Semoga ke depan, para pemimpin lebih bijaksana lagi dan memperhatikan segala aspek pertimbangan yang ada.