Nasehat yang Tulus – Sobat Cahaya Islam, sering kali seseorang tidak sadar bahwa ia sedang terperosok ke dalam dosa. Dalam kondisi seperti itu, kehadiran orang yang memberi nasihat dengan tulus adalah nikmat besar dari Allah. Sebab, dengan nasihat itulah hidayah bisa mengetuk hati yang lalai.
Saling Menasehati Antar Saudara Mukmin
Menjadi penasehat adalah tugas mulia. Tapi yang lebih mulia lagi adalah menjadi penasehat yang tulus. Faktanya, banyak orang yang menasehati tapi dengan terpaksa dan tidak Ikhlas. Padahal, Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara dua saudaramu.” (1)
Tulus dalam menasihati berarti niat kita murni karena Allah, bukan karena ingin terlihat lebih baik, bukan karena ingin menjatuhkan, dan bukan pula karena emosi. Sebab jika hati kita tidak ikhlas, nasihat itu justru menjadi sebab orang lain semakin jauh dari Allah.
Tapi, ada juga orang yang cuek Ketika saudara se-iman-nya melakukan kesalahan. Padahal, menasehati bukanlah untuk menghakimi, melainkan bentuk kasih sayang kita kepada mereka.
Menasehati Termasuk Inti Ajaran Islam


Islam bukan hanya tentang shalat, zakat, puasa, dan haji. Tetapi, Islam mengajarkan segala bentuk kebaikan seperti menolong orang yang kesusahan, menyantuni anak yatim dan janda, menafkahi keluarga, dan lain sebagainya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
“Agama adalah nasihat.” (2)
Dalam hadits ini, nasihat bukan sekadar saran, tapi bagian dari inti ajaran Islam. Maka siapa pun yang melihat kemungkaran, hendaknya memberi nasihat kepada orang yang berbuat mungkar tersebut.
Nasehat yang Tulus Sesuai Kemampuan
Allah memang memerintahkan kita untuk menasehati orang lain yang berbuat salah. Namun, setiap orang punya kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hendaknya seseorang memberikan nasehat sesuai kemampuannya:
Rasulullah bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman.” (3)
Sobat Cahaya Islam, nasihat yang tulus bisa menjadi wasilah taubat. Hati yang tadinya keras bisa luluh karena satu kalimat yang disampaikan dengan kasih sayang. Maka jangan meremehkan kekuatan kata yang diucapkan dengan ikhlas.
Bersikaplah seperti Rasulullah ﷺ, yang tak pernah lelah memberi bimbingan bahkan kepada orang yang menolak dakwahnya. Beliau menangis karena ingin umatnya mendapat ampunan, bukan karena umatnya mengejek.
Demikianlah, menasihati yang salah adalah tugas mulia. Tapi lebih mulia lagi jika dilakukan dengan hati yang tulus, demi mengantarkan sesama kepada taubat yang ikhlas. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk mengajak saudara muslim tetap berada di jalan yang lurus. Aamiin.
Referensi:
(1) QS. Al-Ḥujurāt: 10
(2) HR. Muslim no. 55
(3) HR. Muslim no. 49