Ceramah Agama – Beberapa waktu yang lalu salah satu pembaca setia artikel cahayaislam mengirimkan sebuah pertanyaan kepada redaksi. Pertanyaan itu melayangkan keingin tahuannya pada satu hadits yang menyatakan tentang melapangkan rezeki dan memanjangkan umur dengan Bersilaturahim. (Bukhari 5986)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dikisahkan Anas bin Malik: Rasul Allah berkata, “Siapa pun yang suka bahwa ia akan diberikan lebih banyak kekayaan dan bahwa nyawanya diperpanjang, maka ia harus menjaga hubungan baik dengan sahabat dan kerabatnya.” [1]
Jangan Pilih-Pilih dalam Bersilaturahim!
Sobat pembaca tersebut tahu betul esensi dan aspek intrinsik yang ada dalam hadits tersebut. Dan akhirnya memperbanyak bersilaturahmi kepada kerabat-kerabatnya. Namun, sayangnya dia masih ‘pilih-pilih’ untuk bersilaturahim. Dia hanya bersilaturahim kepada kerabatnya yang baik dan memiliki kepahaman agama yang baik pula, sedangkan kerabat-kerabatnya yang kurang baik dalam hal agama dan bahkan ahli maksiyat tidak dia sambung tali silaturahimnya. Pertanyaannya adalah apakah benar sikap demikian itu? – kami akan ulas jawabannya di artikel ini.
Allah itu adil dan menyukai hamba-Nya yang berlaku adil
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Dalam nukilan Al Quran surat Al Mumtahanah ayat 8 diatas dikatakan bahwasanya Allah SWT sendiri tidak melarang kita untuk berbuat baik atau berperilaku adil kepada orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusirmu dari tempatmu. Sungguh Allah mencintai mereka yang berlaku dengan adil.
Menurut kebanyakan alim ulama, ayat ini dengan jelas menunjukkan kepada kita semua bahwa kita diperbolehkan oleh Allah untuk menyambung tali silaturahmi kepada mereka orang-orang yang berbeda agama dengan kita atau orang yang ahli maksiyat. Selama mereka bukanlah orang yang memerangimu atas agamamu dan tidak mengusirmu dari tempatmu. Allah bahkan menekankan pada ayat tersebut bahwa Dia mencintai orang yang bertindak dengan adil.
Rasulullah tidak melarang bersilaturahim pada mereka yang kufur
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا حَاتِمٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَسْمَاءَ ابْنَةِ أَبِي بَكْرٍ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَتْ قَدِمَتْ عَلَىَّ أُمِّي وَهْىَ مُشْرِكَةٌ فِي عَهْدِ قُرَيْشٍ، إِذْ عَاهَدُوا رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَمُدَّتِهِمْ، مَعَ أَبِيهَا، فَاسْتَفْتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أُمِّي قَدِمَتْ عَلَىَّ، وَهْىَ رَاغِبَةٌ، أَفَأَصِلُهَا قَالَ “ نَعَمْ، صِلِيهَا
Diceritakan Asma ‘binti Abi Bakr: Selama masa perjanjian damai Quraisy dengan Utusan Allah (ﷺ), ibuku, ditemani oleh ayahnya, datang mengunjungi saya, dan dia adalah seorang kafir. Saya berkonsultasi dengan Utusan Allah (ﷺ), “Wahai Utusan Allah (ﷺ)! Ibu saya telah datang kepada saya dan dia ingin menerima hadiah dari saya, haruskah saya menjaga hubungan baik dengannya?” Dia berkata, “Ya, jaga hubungan baik dengannya.” [3]
dari kutipan hadits Bukhari 3183 diatas diceritakan ibu dari Asma’ binti Abi bakr yang merupakan kaum penyembah berhala, datang kepadanya dengan disertai kakeknya saat perjanjian damai dengan kaum Quraish.
Jelas dari hadits ini kita bisa mendapati kejadian dimana Rasulullah tidak melarang untuk menyambung tali silaturahmi bahkan kepada mereka yang beragama lain. Rasulullah menganjurkan untuk menjaga hubungan baik sanak keluarga, walaupun mereka memiliki kepercayaan yang berbeda dengan kita.
Mawas diri dan pintar-pintar membawa diri dan tidak terpengaruh
Nah, tentu dari dua poin diatas sobat Cahayaislam bisa dong meniti kesimpulan dengan sendirinya. Yang terpenting adalah kita harus memiliki BATAS ketika berhubungan dengan melakukan silaturahim dengan mereka sanak keluarga yang berbeda keyakinan atau merupakan ahli maksiyat. Kita harus mawas diri dan bisa pintar dalam menempatkan diri kita dan membawa diri kita ketika sedang berkumpul dengan mereka. Intinya jangan terpengaruh, dan kalau bisa malah memberi pengaruh baik untuk mereka. Semoga bermanfaat!
Catatan Kaki :
[1] H.R. Bukhori no. 5986 (sahih) Bab: Siapa pun yang menjadi kaya karena menjaga hubungan baik dengan sanak saudaranya
[2] Q.S. Al-Mumtahanah (60) ayat 8
[3] H.R. Bukhori no. 3183 (sahih)