RMI Pengurus Besar NU Gelar Seminar Nasional Transformasi Pesantren 

0
85
RMI Pengurus Besar NU

RMI Pengurus Besar NU turut menggelar Seminar Nasional Pra-Kongres Pendidikan. Acara ini menggunakan tema “Transformasi Pesantren: Merawat Spiritualitas untuk Kemajuan Pendidikan Pesantren.”

Seminar tersebut telah berlangsung di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (8/1/2025). Ketua RMI PBNU, KH Hodri Arief mengungkapkan mengenai pentingnya seminar ini sebagai ajang kesempatan untuk mendiskusikan gagasan kemajuan pendidikan pesantren.

RMI Pengurus Besar NU Gelar Seminar

Hodri menceritakan terkait penjajahan dan Orde Baru yang saat itu pernah mengalami tekanan politik serta marginalisasi. Namun, hal tersebut tidak membatasi ruang geraknya.

Melainkan, pesantren akan tetap mengambil peran untuk kemajuan bangsa di Indonesia. Realitas tersebut telah menyebabkan pesantren berada dalam posisi defensif dalam waktu cukup lama.

1. Menjawab Tantangan Pendidikan Pesantren

Seminar RMI Pengurus Besar NU ini diharapkan bisa menghasilkan inspirasi serta strategi program untuk menjawab tantangan pendidikan pesantren serta mendorong kemajuan bangsa.

Pada kesempatan tersebut, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Noorhaidi Hasan, menyampaikan sambutan baiknya untuk menekankan hubungan erat antara UIN Sunan Kalijaga dan pesantren.

RMI Pengurus Besar NU

Beliau berharap UIN akan terus menjadi wadah bagi Sobat Cahaya Islami untuk mengembangkan karier akademik dan profesional mereka. Bahkan, menjadi kebanggaan bagi pesantren, NU, dan umat Islam.

2. Memahami Dimensi Sosial-historis Pesantren

Sementara itu, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil  menyampaikan pentingnya memahami dimensi sosial-historis pesantren.

Tujuannya untuk menyusun langkah transformasi yang tepat. Ia telah mengatakan perlunya integrasi antara sistem pendidikan tradisional pesantren dengan pendekatan modern, nasional, serta global, tanpa harus mengabaikan kearifan lokal. 

Gus Yahya tersebut, juga telah mengungkapkan beberapa tantangan utama yang perlu pesantren hadapi dalam proses transformasi.

Di antaranya, masalah kelembagaan, hubungan dengan komunitas, serta relasi yang tidak terpisahkan antara pesantren dengan NU.

Menurutnya, NU harus lebih aktif dalam mengelola lembaga pesantren serta memastikan pesantren tetap relevan dalam skala global. 

3. Meluncurkan Program Digdaya Pesantren

Dalam kesempatan ini, Ketua Umum PBNU juga telah meluncurkan Program Digdaya Pesantren. Program ini merupakan salah satu program penting RMI-PBNU dalam pendataan dan validasi pesantren.

Pada tahap awal, perlu pendataan dan validasi pesantren yang fokus terhadap wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pendataan dan validasi pesantren ini nantinya akan melalui program Digdaya Pesantren.

Beliau berharap akan selesai secara nasional tahun 2025. Sebagai informasi, sesi pembahasan seminar ini terdiri atas sesi pleno I, diskusi paralel, serta pleno II.

Sesi pleno I akan diisi langsung oleh Ketua RIM-PBNU KH Hodri Ariev serta Sekretaris RMI-PBNU Ny Hj Hindun Anisah. Sesi berikutnya, diskusi paralel yang menghadirkan lima narasumber untuk membahas bidang-bidang utama dalam transformasi pesantren. 

RMI Pengurus Besar NU

Kelima narasumber tersebut meliputi, Guru Besar Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga, Guru Besar Ilmu Pendidikan Akhlak UIN Sunan Kalijaga, Prof Maksudin.

Selain itu, ada Prof Imam Machali, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga. Lalu, juga ada Prof Siti Nur Hidayah Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Aulia Faqih Rifai, serta Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah Sunan Kalijaga, Mulin Nu’man.

4. 5 Kelas dengan Bahasa yang Beragam

Pada sesi diskusi paralel, ada 5 kelas dengan bahasa yang beragam, meliputi Transformasi Pengasuhan dan Kurikulum, Transformasi Tata Kelola Kelembagaan dan Kemandirian Pesantren. Lalu, Transformasi Sumber Daya Manusia Pesantren, Transformasi Digital Pesantren, serta Transformasi Infrastruktur Pesantren.

Kelima isu tersebut telah direncanakan akan menjadi program utama RMI untuk kemajuan pendidikan di pesantren. Seminar tersebut juga akan digelar secara hybrid, yakni luring dan daring.

Peserta daring akan melibatkan seluruh Pengurus Wilayah RMI-NU se-Indonesia, beberapa Pengurus Cabang RMI, dan pengasuh dan pengurus pesantren.

Sementara itu, forum di Convention Hall UIN Sunan kalijaga juga dihadiri sekitar 200 orang yang terdiri dari RMI Pengurus Besar NU DI Yogyakarta, pengasuh pesantren serta perwakilan pondok pesantren se-DIY.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY