Puasa Bulan Ramadhan itu Termasuk Bentuk Jihad!

0
2019
jihad dengan puasa ramadhan

Benar Atau Salah Sih? – Sobat cahayaislam tahu nggak sih kalau sebenarnya puasa di bulan Ramadhan ini bisa dikatakan sebagai bentuk Jihad? – Mungkin bagi beberapa dari kita, istilah jihad fii sabilillah memiliki definisi yang bermakna memerangi mereka para musuh-musuh islam.

Puasa Bulan Ramadhan itu Termasuk Bentuk Jihad!

Sebenarnya jihad itu sendiri memiliki pemaknaan yang lebih luas. Dalam segi bahasa, jihad itu sendiri selalu disandingkan dengan kata “berusaha keras”. Dimana pada dasarnya setiap usaha keras seorang hamba yang dilakukan dengan niyat mukhlis karena mencari rahmat dan ridho dari Allah, tentu bisa memenuhi kriteria Jihad itu sendiri. Dan jihad bulan ramadhan ini membuahkan hasil yang menakjubkan, yakni ampunan dari Allah (Nasa’i 2202).

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ، قَالاَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ‏”‏ ‏.‏ وَفِي حَدِيثِ قُتَيْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ مَنْ قَامَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: Siapa pun yang berpuasa selama Ramadhan dan menurut Hadits Qutaibah, Nabi bersabda: Barangsiapa menghabiskan malam Ramadhan dalam sholat (Qiyam) karena iman dan dengan harapan pahala, dia akan diampuni dosa-dosanya sebelumnya, dan siapa pun menghabiskan malam Lailat Al-Qadr dalam sholat karena iman dan dengan harapan pahala, dia akan diampuni dosa-dosa sebelumnya. ” [1]

Berbeda dengan zaman Rasulullah. Para sahabat dan umat islam kala itu hidup di zaman yang penuh dengan konflik. Segala sesuatu memang harus diperjuangkan dengan cara mengangkat senjata. Itulah kenapa di zaman Rasulullah, jihad selalu dikaitkan dengan pergi ke medan perang dan bertempur sampai titik darah penghabisan.

Beruntung kita umat islam yang hidup di zaman sekarang. Zaman dimana kekerasan tidak terjadi dengan intensitas tinggi seperti di zaman Rasulullah S.A.W. Di zaman sekarang kita bisa melakukan jihad di banyak aspek kehidupan kita. Salah satunya ketika berpuasa di bulan Ramadhan. Bagaimana bisa? Cek ulasan dibawah ini!

Jihad menahan lapar, dahaga, serta hawa nafsu yang merusak pahala di siang hari

Di kala siang hari bulan Ramadhan, kita menahan lapar dan dahaga. Selain itu kita juga menjaga agar pahala kita tidak rusak karena banyak hal seperti hawa nafsu, amarah, dan menggunjing. Kita berusaha keras untuk menghindari hal-hal demikian. Kita mencoba untuk merasakan rasa lapar dan haus layaknya orang-orang yang kekurangan di luar sana.

Kita mencoba memahami arti bersyukur kepada Allah di kala berbuka. Kita berusaha menjadi diri yang bisa peduli sesama dengan berbagi takjil dan menjadi donatur makanan kepada orang-orang yang ingin berbuka. Itu semua adalah bentuk dari jihad. Jihad kita dalam berusaha menjadi orang yang lebih baik di bulan Ramadhan.

Jihad menjaga istiqomah dalam melaksanakan sholat malam di malam hari

Tidak hanya di siang hari saja dimana kita harus menahan haus dan lapar serta hawa nafsu kita. Di malam hari, agenda bulan Ramadhan penuh dengan kegiatan sholat tarawih. Kita berusaha keras bisa mengikuti sholat Tarawih dan witir hingga selesai. Kita mengikuti dengan rutin agenda tadarus Al Quran hingga khatam setelahnya.

Kita belajar pula agar bisa terbangun di sepertiga malah akhir untuk berdiri kembali menghadap Allah di sholat malam sembari mempersiapkan makan sahur yang penuh dengan kebarokahan. Belum lagi di 10 malam terakhir bulan Ramadhan, kita melakukan i’tikaf malam lailatul Qadar. Di malam hari bulan Ramadhan pula kita berjihad. Kita berusaha keras untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، أَخْبَرَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلاَنِيُّ، أَنَّ عَمْرَو بْنَ مَالِكٍ الْجَنْبِيَّ، أَخْبَرَهُ أَنَّهُ، سَمِعَ فَضَالَةَ بْنَ عُبَيْدٍ، يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ ‏”‏ كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ ‏”‏ ‏.‏ وَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏”‏ الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ ‏”‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَابِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ وَجَابِرٍ ‏.‏ وَحَدِيثُ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dikisahkan oleh Fadalah bin ‘Ubaid: Bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda: “Amalan setiap orang yang mati disegel. Kecuali orang yang meninggal menjaga perbatasan dari musuh, di jalan Allah. Karena memang perbuatannya ditingkatkan untuknya sampai hari Penghakiman, dan dia aman dari kesengsaraan kuburan. ” Dan aku mendengar Rasulullah (ﷺ) berkata: “Mujahid adalah orang yang berjuang melawan jiwanya sendiri.” [2] [Abu ‘Eisa berkata:] Ada riwayat tentang topik ini dari’ Uqbah bin ‘Amir dan Jabir. Hadis itu Fadalah adalah Hadits Hasan Sahih.
 

Dalam riwayat Ahmad diatas dijelaskan bahwa mereka yang disebut Mujahiddin (Orang yang berjihad) bisa dilihat dari mereka yang mempersungguh beribadah karena keta’atannya kepada Allah. Nah, oleh karena itu sobat cahayaislam yang dirahmati oleh Allah. Mari kita bersama mempersungguh dan menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai waktu kita melakukan jihad untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


Catatan Kaki

[1] H.R. Sunan an-Nasa’i 2202 Bab: Pahala bagi orang yang shalat Qiyam di bulan Ramadhan dan berpuasa di bulan karena iman dan harapan untuk pahala

[2] H.R. Jami` at-Tirmidzi 1621 Bab: Apa Yang Berhubungan Tentang Kebajikan Orang Yang Meninggal Menjaga Perbatasan Dari Musuh

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY