Mencintai Nabi Melebihi Siapapun – Islam mengajarkan umatnya untuk mencintai Allah, Nabi Muhammad, orangtua, dan seluruh umat muslim lainnya. Tapi, porsi cinta kita kepada Allah, Nabi, orangtua, dan sesama muslim berbeda-beda. Dalam sebuah hadits, Rasulullah memerintahkan agar umat muslim mencintai beliau lebih dari siapapun, termasuk orangtua. Lantas, apakah mungkin kita bisa memberikan cinta ke Nabi Muhammad yang lebih besar dari cinta kita kepada orangtua sendiri?
Cintailah Nabi Melebihi Orangtuamu!
Ada sebuah hadits masyhur yang menyebutkan:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga menjadikan aku lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya, serta seluruh manusia.” (1)
Maksud dari kata ‘tidak beriman’ pada hadits di atas adalah ‘tidak sempurna imannya’. Jadi, jika seorang muslim belum bisa mencintai Rasulullah dengan cinta yang lebih besar dari siapapun, maka imannya belum sempurna.
Oleh karena itu, hendaknya kita lebih mengutamakan cinta kita kepada baginda Nabi Muhammad dibandingkan sesame muslim, termasuk orangtua dan anak-anak kita sendiri. Hal ini menunjukkan tulusnya iman kita kepada beliau.
Apa Maksud Mencintai Nabi Melebihi Siapapun?


Hadits di atas bukan berarti melarang kita untuk mencintai diri sendiri, orangtua, anak, saudara, tetangga, dll. Akan tetapi, hendaknya kita menanamkan cinta yang lebih besar kepada Nabi Muhammad daripada orang lain.
Besarnya cinta bisa kita lihat dari ketaatan kita. Dengan lebih mencintai Nabi dibanding siapapun, kita lebih memprioritaskan menaati perintah Rasulullah daripada siapapun. Pasalnya, perintah orang lain bisa saja berasal dari hawa nafsu sehingga Allah tidak meridhainya.
Sementara itu, perintah Rasulullah pasti mendaptkan Ridha Allah. Bahkan, mencintai orangtua, anak, dan sesama muslim juga bagian dari menaati perintah Rasulullah. Maka, semakin kita mencintai Rasulullah, semakin besar juga rasa hormat kita kepada orangtua, rasa sayang kita kepada anak, dan semacamnya.
Cara Mencintai Rasulullah dengan Sepenuh Hati
Salah satu contoh bukti kita lebih mencintai Rasulullah dibanding siapapun adalah, saat ada keinginan dalam diri kita untuk meninggalkan sunnah beliau, namun kita berhasil menghalau nafsu pribadi kita. Jadi, ada banyak cara untuk mencintai Nabi Muhammad dengan sepenuh hati.
Beberapa di antaranya adalah mengikuti ajarannya, mengamalkan sunnahnya, merindukan sosoknya, meneladani akhlaknya, menjauhi larangannya, dan memperbanyak sholawat kepadanya. Di sisi lain, Allah juga memberikan ancaman atau peringatan sebagai berikut:
اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ
“Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” (2)
Jika kita lebih mencintai hal lain yang bersifat duniawi dibandingkan mencintai Allah dan Rasul-Nya, pasti itu muncul dari hawa nafsu kita, dan bisa jadi itu adalah bisikan dari setan. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang yang bisa mencintai Rasulullah melebihi siapapun, agar kelak mendapatkan syafaatnya di akhirat. Aamiin.
Referensi:
(1) Sahih al-Bukhari 15
(2) Q.S. At-Taubah 24