Hustle Culture dan Pandangan Islam

0
706
Hustle Culture dan Pandangan Islam

Hustle CultureSobat cahaya islam ada yang familiar dengan istilah ini? – Mungkin beberapa dari kalian yang sedang berkecimpung di dunia bisnis, atau sedang asyik asyiknya menempa diri dan fokus dalam karir sudah cukup familiar dengan hal ini. Beberapa orang dulu nyebut orang yang masuk di budaya hustling ini sih pakai istilah Workaholic alias orang yang suka banget dan getol banget buat kerja (terlepas dari objektif kerjanya itu sendiri ya).

Jadi hustle culture ini merupakan sebuah filosofi kerja. Di masa ketika segala hal berjalan dengan begitu cepat, informasi berputar dengan gesit, banyak orang menganggap hal ini merupakan sebuah keharusan. Namun sebagai orang islam yang beriman kepada Allah. Kita perlu mendalami hal itu dengan seksama bukan?

Hustle Culture lebih condong Pada keduniawian

Memang sih Allah maha pemberi anugerah. Namun Allah juga telah mewanti wanti kita dalam Al Quran surat Hud ayat 15 sampai 16. agar lebih memilih akhirat. Karena apapun yang kita raih di alam dunia akan sia sia bila akhirat lepas dari genggaman kita. Ini bukan berarti bahwa dunia tidak perlu dikejar ya. Kita tetap perlu hidup dan tetap harus bekerja untuk menafkahi orang orang yang kita cintai.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Ibaratnya kita harus punya mentalitas memprioritaskan akhirat daripada dunia. Sebisa mungkin bila hal itu menyangkut akhirat, kita dulukan. Kalo kata orang jawa sih ibarat tuku sapi katutan dadung e, tuku dadung ora katutan sapi ne. Membeli sapi biasanya diikutkan tali ikatnya, sedangkan bila beli tali ikat ya gak bisa diikutkan seekor sapi.

Sapi diibaratkan sebagai akhirat disini. Jadi kita kejar dunia dengan mendekati Allah dan meminta serta berdoa kepadaNya. Sebagai hamba Allah kita hanya bisa berusaha semaksimal mungkin dan meminta kepada Allah kan?

Rasulullah said: Orang yang terlalu ekstrim bakal celaka

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ، – يَعْنِي ابْنَ عَتِيقٍ – عَنْ طَلْقِ بْنِ حَبِيبٍ، عَنِ الأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ أَلاَ هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ‏”‏ ‏.‏ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ‏.‏

Selain larangan Allah kepada hambanya agar tidak berlebih lebihan, ada satu hadits yang menarik dari Sunan Abu Dawud nomor 4608 diatas. Dimana Rasulullah dulu pernah bersabda bahwa agar umatnya berhati hati pada perilaku ekstrim. Tak hanya dalam beribadah, namun juga dalam hal duniawi. Nah, hustle culture bisa masuk dalam kategori ekstim sih.

Kesimpulan – Tidak apa sih kita berusaha maksimal dalam mengejar dunia. Toh kita juga membutuhkannya untuk kehidupan kita. Allah juga pasti ngerti kok dan maha melihat usaha hambaNya. Hanya saja Hustle culture seharusnya tidak menjadi kebiasaan yang mendarah daging buat kita sampai sampai kita melupakan ibadah kepada Allah. Menjadi produktif bukan berarti kita harus lupa akhirat bukan? – Semoga kita selalu merasa cukup dan bersyukur atas nikmat dan anugerah dari Allah. Aamiin

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY