Istri Lebih Paham Agama – Sobat Cahaya Islam, dalam rumah tangga ideal, banyak yang berharap sang suami menjadi pemimpin spiritual sekaligus pembimbing agama bagi keluarganya. Namun, tidak sedikit istri yang justru lebih mendalam pemahamannya tentang Al-Qur’an dan sunnah. Lalu bagaimana seharusnya sikap seorang suami dalam menghadapi hal ini?
Kepemimpinan Bukan Berdasarkan Ilmu Semata
Sobat, dalam Islam suami memang menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Sebagaimana firman Allah ﷻ:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (1)
Namun, kepemimpinan ini bukan karena suami harus selalu lebih tahu atau lebih alim. Ia adalah amanah, bukan simbol ego. Maka ketika istri memiliki kelebihan dalam pemahaman agama, bukan berarti suami gagal sebagai pemimpin. Justru itu bisa menjadi nikmat dan penguat rumah tangga, jika menyikapinya dengan bijak.
Istri Lebih Paham Agama, Bagaimana Sikap Suami?


Sikap terbaik yang bisa seorang suami ambil dalam kondisi ini adalah rendah hati dan bersyukur kepada Allah. Tidak perlu merasa minder, rendah, dan malu. Justru, ini bisa menjadi kesempatan untuk belajar dan bertumbuh bersama. Rasulullah ﷺ sendiri tidak pernah segan menerima pendapat dari istri-istrinya, bahkan dalam perkara penting.
Contohnya, ketika perjanjian Hudaibiyah terjadi dan para sahabat enggan menyembelih hewan dan mencukur rambut, Rasulullah ﷺ justru mendapatkan solusi dari Ummu Salamah. Beliau ﷺ mengikuti saran istrinya, dan akhirnya para sahabat pun mengikuti.
Ini menunjukkan bahwa menerima masukan istri tidak mengurangi wibawa seorang suami, justru menambah kedewasaan dan keberkahan dalam kepemimpinan.
Suami Sebagai Pembelajar
Sobat Cahaya Islam, tidak ada kata malu untuk belajar dari istri dalam hal kebaikan. Bukankah Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (2)
Maka jika seorang suami tertinggal dalam hal ilmu, hendaknya ia berupaya mengejar. Bisa dengan ikut majelis taklim, membaca bersama, atau berdiskusi sehat di rumah. Biarlah istri menjadi pendorong semangat, bukan ancaman wibawa.
Sikap pembelajar bukan hanya menguatkan iman, tetapi juga mempererat cinta dalam rumah tangga. Rumah yang diisi dengan semangat menuntut ilmu akan lebih mudah mendapatkan rahmat dan ketenangan dari Allah.
Jangan Takut Hilang Kendali
Sebagian suami mungkin khawatir, ketika istri lebih paham agama, mereka akan kehilangan kendali dan tidak dihormati. Padahal kewibawaan itu tidak ditentukan oleh seberapa tinggi ilmu, tetapi oleh akhlak, kasih sayang, dan tanggung jawab.
Allah ﷻ berfirman:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ
“Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang baik.” (3)
Dengan akhlak yang baik dan kasih sayang yang tulus, suami akan tetap dihormati, bahkan meskipun istrinya lebih banyak tahu soal agama. Justru banyak istri yang semakin cinta dan hormat ketika melihat suaminya mau belajar dan berbenah.
Jadikan Perbedaan Sebagai Kekuatan
Sobat Cahaya Islam, ketika istri lebih paham agama, itu bukan ancaman. Itu adalah karunia dari Allah, dan bisa menjadi kekuatan besar dalam keluarga. Suami yang bijak akan memanfaatkannya untuk membangun rumah tangga yang penuh ilmu dan cahaya. Ia tidak merasa kalah, justru merasa terbantu.
Mari belajar dari para sahabat dan salafush shalih yang selalu haus ilmu, bahkan meski harus belajar dari orang yang lebih muda atau dari keluarga sendiri. Rumah tangga bukan ajang perlombaan, tapi tempat saling menguatkan menuju surga.
Referensi:
(1) QS. An-Nisā’: 34
(2) HR. Muslim no. 2699
(3) QS. An-Nisā’: 19