Berbohong Demi Menjaga Perasaan – Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi kejujuran. Dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali memerintahkan manusia untuk selalu bersikap jujur. Bahkan, tak segan Allah menyebut orang yang sering berbohong dan mengada-ada sebagai kaum yang tidak beriman. Tapi, bagaimana jika kebohongan itu bertujuan untuk menjaga perasaan agar orang lain tidak tersinggung atau sakit hati?
Berbohong Demi Menjaga Perasaan Istri
Pada dasarnya, berbohong hukumnya haram dalam Islam. Tapi, ada beberapa kondisi di mana seseorang boleh berbohong untuk kebaikan. Selain berbohong dalam peperangan dan untuk mendamaikan pertikaian, Islam juga memperbolehkan seorang laki-laki berbohong pada istrinya agar istrinya tersebut ridha.
Maksudnya, seorang suami boleh saja mengucapkan sesuatu yang tidak sebenarnya pada sang istri untuk menyenangkan hatinya. Misalnya, jika masakan istri kurang enak, seorang suami boleh mengatakan sebaliknya agar istrinya merasa senang.
Imam Nawawi menjelaskan, bahwa seseorang boleh berbohong jika bertujuan untuk kebaikan dan tidak ada cara lain untuk mencapai kebaikan tersebut kecuali dengan berbohong. Namun, jika ada cara lain yang lebih baik, kita tetap harus menghindari kebohongan.
Pura-pura Tidak Mendengar Aib Seseorang untuk Menjaga Perasaan
Salah satu cara menjaga perasaan orang lain adalah dengan menutupi aib sesame muslim. Pasalnya, Rasulullah bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” (1)
Jika kita tidak sengaja mendengar keburukan seseorang, terlebih sesame muslim, berpura-pura tidak mendengarnya akan menjadi lebih baik. Tujuannya adalah untuk menjaga perasaan orang itu. Jika ia berbuat salah dan tak ada orang lain yang tahu, ia tak perlu malu ke orang lain sehingga tetap terjaga kehormatannya.
Terkadang, pura-pura tidak tahu akan suatu hal bisa jadi lebih baik dibanding mengetahuinya. Menjaga perasaan orang lain sangat penting sehingga kita harus dapat menjaga lisan sebisa mungkin agar tidak menyinggung atau menyakiti orang lain.
Contoh Lain Menjaga Perasaan Orang Lain
Menjaga perasaan orang lain tergantung situasi dan kondisi. Misalnya, saat kita sedang bertiga, jangan sampai kita mengabaikan salah satunya, sebagaimana sabda Nabi:
إِذَا كُنْتُمْ ثَلاَثَةً فَلاَ يَتَنَاجَى رَجُلاَنِ دُونَ الآخَرِ، حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ، أَجْلَ أَنْ يُحْزِنَهُ
“Jika kalian bertiga, janganlah 2 orang berbisik-bisik berduaan, sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur dengan manusa. Karena hal ini dapat membuat orang yang ketiga itu bersedih.” (2)
Intinya, Islam mengajak umatnya supaya menjaga perasaan orang lain. Tentu saja, ajara ini menawarkan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat. Betapa indahnya agama Islam. Tak hanya menjaga perasaan, Islam juga mengajarkan kita untuk menyenangkan hati orang lain.
Referensi:
(1) Sahih Muslim 2580
(2) Sahih al-Bukhari 6290