Perempuan Muslimah yang Mandiri – Sobat Cahaya Islam, Islam memuliakan perempuan dengan porsi yang seimbang antara tanggung jawab, hak, dan kemuliaan. Salah satu sikap terpuji yang perlu dimiliki oleh seorang muslimah adalah kemandirian. Namun, kemandirian dalam pandangan Islam bukan berarti bebas tanpa batas atau meniru gaya hidup Barat. Justru, kemandirian yang Islami adalah perpaduan antara kekuatan pribadi, menjaga kehormatan, dan ketakwaan yang kokoh kepada Allah ﷻ.
Perempuan Muslimah yang Mandiri: Bekerja Tanpa Meninggalkan Syariat


Kemandirian muslimah mencakup kemampuan untuk berkontribusi, baik di dalam rumah tangga maupun di tengah masyarakat, selama tetap menjaga syariat. Dalam sejarah Islam, kita melihat banyak wanita mulia yang mandiri. Salah satunya adalah Khadijah binti Khuwailid radhiyallāhu ‘anhā, istri Rasulullah ﷺ, yang merupakan pengusaha sukses dan wanita terhormat di Makkah.
Islam tidak melarang perempuan bekerja, selama pekerjaan itu halal, tidak melanggar batas aurat, dan menjaga interaksi dengan lawan jenis. Allah ﷻ berfirman:
وَلِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ
“Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan.” (1)
Ayat ini menegaskan bahwa perempuan pun memiliki hak dan ruang untuk berikhtiar, selama tetap dalam koridor yang diridhai Allah ﷻ. Jadi, kemandirian tidak boleh menjadi alasan seorang Muslimah bergaya hidup bebas sebebas-bebasnya.
Menjaga Kehormatan adalah Bagian dari Kemandirian
Sobat Cahaya Islam, kemandirian seorang muslimah tidak hanya soal finansial atau kecakapan, tapi juga kemampuan menjaga diri dan kehormatan. Muslimah yang mandiri akan menjaga lisannya, pakaiannya, pergaulannya, serta tidak mudah terbawa arus zaman.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (2)
Wanita shalihah adalah Wanita yang tahu batas, mampu bersikap bijak, dan tidak mudah tergoda oleh gemerlap dunia. Ia mampu berkata “tidak” terhadap hal yang melanggar agama meskipun tampak menggiurkan.
Ketakwaan: Pondasi Kemandirian yang Hakiki
Muslimah yang mandiri sejati akan menjadikan Allah sebagai sandaran utama dalam hidupnya. Ia tahu bahwa apapun yang dilakukan, termasuk bekerja dan bersosial, harus berdasar pada niat yang lurus dan nilai-nilai takwa. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا • وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan jalan keluar baginya. Dan Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (3)
Sobat Cahaya Islam, mari tumbuhkan kemandirian sebagai muslimah bukan karena ingin terlihat kuat di mata manusia, tapi karena ingin kokoh di hadapan Allah. Dengan iman, ilmu, dan akhlak yang lurus, kemandirian muslimah akan menjadi cahaya bagi keluarga, masyarakat, dan umat.
Referensi:
(1) QS. An-Nisā’: 32
(2) HR. Muslim no. 1467
(3) QS. Aṭ-Ṭalāq: 2-3