Merasa tidak nyaman dengan pasangan – Sobat Cahaya Islam, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan rumah tangga, ada kalanya seseorang merasa tidak nyaman dengan pasangan. Perasaan ini wajar, karena pernikahan adalah pertemuan dua jiwa dengan latar belakang, sifat, dan kebiasaan yang berbeda.
Namun, sebagai muslim, kita diajarkan untuk melihat pernikahan bukan hanya dari sisi emosional, tetapi juga dari sisi ibadah dan tanggung jawab di hadapan Allah SWT.
Pernikahan dalam Pandangan Islam
Pernikahan adalah ibadah yang agung. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” 1
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama pernikahan adalah menghadirkan sakinah (ketenangan), mawaddah (kasih sayang), dan rahmah (kasih Allah). Maka, jika kita merasa tidak nyaman dengan pasangan, hal itu perlu dicermati dengan bijak agar tidak menutup mata dari tujuan mulia pernikahan.
Mengapa Bisa Merasa Tidak Nyaman dengan Pasangan?
Sobat, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang merasakan ketidaknyamanan dalam rumah tangga. Mari kita uraikan beberapa di antaranya.
1. Kurangnya Komunikasi yang Efektif
Komunikasi adalah kunci keharmonisan. Ketika suami atau istri jarang terbuka, mudah terjadi salah paham. Misalnya, salah satu merasa tidak dihargai karena kebutuhan emosionalnya tidak dipahami.
Islam sangat menekankan pentingnya komunikasi dengan lembut. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” 2
Hadits ini mengajarkan bahwa komunikasi yang baik dan penuh kelembutan adalah jalan utama menjaga keharmonisan rumah tangga.
2. Perbedaan Sifat dan Kebiasaan Sehari-hari
Sobat Cahaya Islam, pernikahan menyatukan dua orang dengan latar belakang berbeda. Wajar jika ada perbedaan sifat dan kebiasaan. Namun, jika tidak disikapi dengan sabar, perbedaan ini bisa membuat kita merasa tidak nyaman dengan pasangan.
Di sinilah pentingnya sikap saling menerima. Allah SWT berfirman:
“Mereka (para istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” 3
Ayat ini menggambarkan bahwa suami-istri saling melengkapi, menutup kekurangan, dan menjadi pelindung bagi pasangannya.
3. Tidak Terpenuhinya Hak dan Kewajiban
Ketika salah satu pihak lalai terhadap kewajiban, maka timbul ketidaknyamanan. Misalnya, suami kurang memberi nafkah lahir dan batin, atau istri kurang menghargai dan menaati suami.
Rasulullah SAW menegaskan pentingnya keseimbangan hak dan kewajiban dalam rumah tangga.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” 4
Maka, jika ingin menghilangkan rasa tidak nyaman, masing-masing harus introspeksi, sudahkah kita menunaikan hak pasangan dengan baik?


4. Ujian Kehidupan dan Tekanan Eksternal
Kadang, rasa tidak nyaman bukan karena pasangan, melainkan faktor luar: masalah ekonomi, pekerjaan, atau tekanan sosial. Namun, pasangan sering menjadi pelampiasan emosi sehingga rumah tangga terasa berat.
Di sinilah pentingnya saling menguatkan dan bersabar bersama.
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” 5
Sabar dan saling menguatkan adalah tameng menghadapi ujian rumah tangga.
Langkah Mengatasi Ketidaknyamanan dalam Rumah Tangga
Sobat Cahaya Islam, jika kita merasa tidak nyaman dengan pasangan, jangan buru-buru menyerah. Ada langkah yang bisa kita tempuh:
- Bangun komunikasi sehat: luangkan waktu untuk mendengarkan tanpa menghakimi.
- Belajar menerima perbedaan: fokus pada kelebihan pasangan, bukan hanya kekurangannya.
- Tunaikan hak dan kewajiban: lakukan dengan ikhlas agar Allah memberkahi rumah tangga.
- Perbanyak doa: mohon kepada Allah agar rumah tangga tetap dalam lindungan-Nya.
Sobat Cahaya Islam, perasaan merasa tidak nyaman dengan pasangan adalah hal yang manusiawi, tetapi bukan alasan untuk merusak ikatan suci pernikahan. Islam mengajarkan kita untuk menghadapi masalah dengan komunikasi, kesabaran, saling menerima, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Ingatlah, pernikahan bukan hanya soal rasa nyaman, tetapi juga ibadah dan tanggung jawab yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Semoga rumah tangga Sobat selalu dinaungi rahmat Allah, penuh sakinah, mawaddah, dan rahmah. Aamiin.