Penjelasan Dzikir tapi Tidak Khusyuk dalam Islam

0
40
Dzikir tapi tidak khusyuk

Dzikir tapi tidak khusyuk biasanya sering dialami oleh manusia. Berbeda dengan orang yang memiliki kedekatan secara khusus dengan Allah swt. Misalnya saja seperti nabi, orang saleh, dan ulama akan lebih mudah untuk khusyuk dalam berzikir, bermunajat dan lainnya.

Hal ini karena dalam hati mereka sudah tertanam hidayah dan taufik dari-Nya. Jadi, lebih mudah untuk khusyuk, terutama meningkatkan spiritual ketika mendekatkan diri kepada-Nya.

Penjelasan Dzikir tapi Tidak Khusyuk

Dalam Al-Qur’an, ketika Allah swt membahas mengenai takwa umat Islam. Ia tidak pernah memerintah umat Islam untuk takwa kepada-Nya melebihi batas manusia. 

Ada beberapa penjelasan ayat al-Quran dan pendapat ulama tentang dzikir tapi tidak khusyuk, berikut ini:

1. Pendapat Al-Qur’an

Allah memberikan dispensasi sebatas apa yang mereka bisa, hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur’an.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Barangsiapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S At-Taghabun [64]: 16).

Imam Abu Ja’far ath-Thabari (wafat 310 H) dan mayoritas ulama ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini turun untuk menghapus (nasakh). Tujuannya untuk mengharuskan orang-orang beriman agar bertaqwa kepada Allah dengan hakikat takwa, yaitu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (Surat Ali ‘Imran ayat 102).

2. Pendapat Imam Ibnu Athaillah

Lebih lanjut, Imam ath-Thabari juga telah menjelaskan bahwa hikmah di balik penghapusan ayat di atas karena Allah mengetahui kondisi makhluk-Nya yang lemah.

Apabila seandainya Allah memberikan kewajiban yang sama, maka antara satu dengan lainnya, maka tentunya hanya sebagian orang saja yang akan mampu, sementara sebagian yang lain tidak.” (Imam Ath-Thabari, Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an, [Muassasah ar-Risalah, cetakan pertama: 2000, tahqiq: Syekh Muhammad Syakir], juz VII, halaman 69).

Dzikir tapi tidak khusyuk

Sama dengan zikir, ada beberapa orang yang enggan berdzikir kepada Allah dengan alasan tidak bisa khusyuk. Lagi-lagi “khusyuk” ini yang menjadi alasan untuk meninggalkan dzikir.

Padahal, orang saleh yang sudah bisa khusyuk, juga berawal dari kondisi sama. Tanpa adanya usaha dan upaya, siapapun tidak bisa meraih derajat tersebut.

لَا تَتْرُكِ الذِّكْرَ لِعَدَمِ حُضُوْرِكَ مَعَ اللهِ فِيْهِ لِأَنَّ غَفْلَتَكَ عَنْ وُجُوْدِ ذِكْرِهِ أَشَدُّ مِنْ غَفْلَتِكَ فِي وُجُوْدِ ذِكْرِهِ

Janganlah engkau meninggalkan dzikir (mengingat Allah) hanya karena ketidakhadiran hatimu kepada-Nya saat berzikir. Sebab, kelalaianmu dari kelalaianmu dari adanya mengingat Allah, lebih buruk daripada kelalaianmu di saat berdzikir kepada-Nya.” (Imam Ibnu Athaillah, Syarah Hikam, [Darul Hawi, 2015], halaman 55).

Pada penjelasan selanjutnya, Imam Ibnu Athaillah telah memberikan spirit inspirasi kepada orang-orang yang berdzikir namun tidak bisa khusyuk. Menurutnya, bisa jadi Allah akan mengangkat derajat seseorang dengan cara lain.

Jadi, orang yang enggan dzikir tapi tidak khusyuk, maka sama halnya ia tidak menginginkan khusyuk dalam dirinya sendiri.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY