Telinga Sebagai Amanah dan Kunci Selamat Dunia Akhirat

0
27
Telinga sebagai amanah

Telinga sebagai amanah – Setiap anggota tubuh manusia merupakan amanah dari Allah. Telinga sebagai amanah memiliki peranan besar dalam kehidupan seorang muslim. Sebab, melalui telinga Sobat bisa mendengarkan nasihat, ilmu, hingga bacaan Al Qur’an. Namun, patut diingat bahwa telinga juga menjadi jalan masuknya dosa jika Sobat gunakan untuk hal-hal terlarang. 

Telinga Sebagai Amanah Masuknya Hidayah Sampai ke Hati

Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan bahwa telinga memiliki kedudukan penting sebagai pintu masuk utama hidayah menuju hati. Beliau menekankan bahwa sebagaimana mata bisa buta dari melihat kebenaran, telinga pun dapat menjadi tuli dari mendengar nasihat dan petunjuk. 

Ketika Sobat terbiasa sibuk dengan hal-hal yang buruk, maka akan menodai fitrah fungsi telinga. Kebiasaan mendengar ucapan yang tercela, seperti ghibah, fitnah, dan perkataan batil akan menutup pintu hidayah. Oleh sebab itu, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar seorang muslim menjaga telinganya dari segala hal yang tidak Allah ridhoi. 

Telinga Allah ciptakan bukan untuk mendengar hal sia-sia, melainkan untuk menerima bacaan Al-Qur’an, sunnah, dan nasihat penuh hikmah dari para ulama serta orang saleh. Melalui cara ini, telinga dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah dan mengantarkan pemiliknya menuju surga.

Sebaliknya, jika telinga Sobat gunakan untuk mendengar sesuatu yang Allah benci, maka akan berubah menjadi beban dan musuh bagi pemiliknya. Alih-alih mengantarkan telinga sebagai amanah dan keberhasilan hidup, justru bisa menyeret manusia menuju kerugian dan kebinasaan.

Imam Al-Ghazali juga menegaskan bahwa dosa mendengarkan ucapan tercela sama beratnya dengan dosa orang yang mengucapkannya. Pendengar adalah sekutu dari orang yang berbicara. Hal ini karena ghibah tidak mungkin terjadi tanpa adanya pendengar. 

Dengan kata lain, baik pembicara maupun pendengar sama-sama terlibat dalam perbuatan dosa tersebut. Oleh karena itu, menjaga telinga dari perkataan buruk merupakan bagian dari menjaga amanah Allah. 

Seorang muslim hendaknya selalu menyibukkan telinganya dengan kalam Allah serta nasihat yang menumbuhkan iman agar selamat dunia dan akhirat. Salah satu ayat yang menegaskan Sobat wajib menjaga telinga sebagai amanah terdapat dalam:

“Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberikanmu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur .” 1

Fungsi Telinga dalam Kehidupan Seorang Muslim

Menjaga telinga sebagai amanah tidak hanya sekedar menjaga kesulitan jasmani, melainkan merupakan kunci keselamatan dunia akhirat. Menjaga telinga merupakan salah satu kewajiban Muslim karena apa yang Sobat dengarkan akan mempengaruhi hati dan pikiran. Berikut ini fungsi telinga dalam kehidupan muslim:

1. Sarana Menerima Ilmu

Ilmu masuk pertama kali melalui telinga. Oleh karena itu, penuntut ilmu harus mendengarkan dengan baik bacaan Al Qur’an, hadits hingga ilmu yang bermanfaat.

Telinga sebagai amanah

2. Menyaring Ucapan

Telinga sebagai amanah akan menyaring ucapan yang layak Sobat dengarkan. Seorang Muslim harus selektif saat mendengar ucapan yang benar, bermanfaat hingga mampu menenangkan hati. Faktanya, mendengarkan hal-hal haram atau dapat menyia-nyiakan pintu hidayah. 

3. Jalan Mengingat Allah 

Melalui telinga, seorang hamba akan mendengarkan panggilan sholat, tilawah hingga dzikir. Hal-hal ini tentu saja akan memperkuat iman sehingga bisa menenangkan jiwa 

Menjaga telinga dari hal-hal yang Allah larang akan menjaga hati tetap bersih. Orang yang mampu memfungsikan telinga dengan baik, maka terhindar dari perselisihan dan kerusakan moral, sebagaimana hadits:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” 2

Telinga sebagai amanah karena seorang muslim bisa meraih hidayah, sehingga jangan sampai terjerumus dalam dosa. Menjaga telinga merupakan kewajiban sekaligus menjadi kunci keselamatan dunia dan akhirat.


  1. (QS. An-Nahl : 78) ↩︎
  2. (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47) ↩︎

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY