Hakikat Menjaga Perasaan Orang Lain dalam Islam

0
245
menjaga perasaan orang lain dalam Islam

Menjaga perasaan orang lain dalam Islam – Sobat Cahaya Islam, apakah menjaga perasaan orang lain itu penting? Bolehkah seseorang berbuat sesuka hatinya tanpa peduli dengan orang lain? Lantas bagaimana kedudukan menjaga perasaan orang lain dalam Islam.

Mungkin sebagian orang menganggap menjaga perasaan orang lain tidak penting. Setiap orang bebas berbuat dan berkata sesukanya. Jika ada yang merasa tersinggung maka orang itulah yang bermasalah dan dianggap ‘baper’.

Padahal jika dirinya yang mendapatkan perlakuan seenaknya juga pasti tersinggung. Karenanya saling menjaga perasaan adalah hal yang penting dalam hidup sehari-hari.

Dalil Menjaga Perasaan Orang Lain dalam Islam

Benarkah Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga perasaan orang lain? Adakah dalil-dalil yang menyatakan demikian? Jawabannya adalah ada dalil-dalil yang memerintahkan untuk senantiasa menjaga perasaan satu sama lain.

Di antara dalil menjaga perasaan orang lain adalah:

1. Ayat mengenai larangan mengolok-olok

Allah ‘Azza wa Jalla menyatakan dalam QS Al-Hujurat ayat 11, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sebuah kaum merendahkan yang lainnya, bisa jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka (yang merendahkan).”

2. Ayat tentang sikap rendah hati

Allah Ta’ala menyampaikan dalam firman-Nya, “Dan jangan kamu palingkan wajah dari manusia (karena sombong).” (QS Luqman: 18)

Hendaknya seorang muslim bersikap rendah hati, tidak sombong, tidak takabur, dan tidak pongah.

menjaga perasaan orang lain dalam Islam

3. Hadits mencintai sesama muslim

Rasulullah saw bersabda dalam salah satu hadits, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari no 13 dan Muslim no 45)

Seorang muslim wajib hukumnya berharap kebaikan bagi saudaranya sebagaimana dia mengharapkannya untuk dirinya sendiri. Iman seseorang tidak ada (nafyun) jika dia tidak mengharapkan kebaikan untuk saudara seiman.

4. Hadits larangan saling mendengki

Rasulullah saw bersabda mengenai larangan saling mendengki, “Janganlah saling mendengki, janganlah saling berbuat najasy (muamalah yang mengandung unsur penipuan), janganlah saling membenci, dan janganlah saling membelakangi. Jangan beli dagangan yang tengah ditawar oleh orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkan, atau menghinanya. Takwa itu ada di sini (beliau berisyarat ke dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah keburukan untuk seseorang jika dia menghina saudara muslimnya. Setiap muslim haram darah, harta, dan kehormatannya bagi muslim lainnya.” (HR Muslim no 2564)

5. Hadits tentang senyum

Sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” HR Tirmidzi no 1956)

Sobat Cahaya Islam, setiap orang pastilah senang berjumpa dengan saudaranya yang tengah tersenyum dan berwajah ceria. Sebaliknya, tampang kusut dan cemberut pasti membuat orang tidak suka.

menjaga perasaan orang lain dalam Islam

Demikianlah Islam begitu memperhatikan umatnya, bahkan hingga mencakup perkara-perkara kecil dan remeh seperti senyuman. Namun meski terlihat remeh, sesungguhnya senyuman adalah ibadah yang bernilai pahala di sisi Allah.

Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Amat mudah bagi umat Islam hari ini untuk dapat mengetahui bagaimana akhlak sehari-hari Rasulullah saw. Para sahabat telah meriwayatkan banyak hadits yang meliputi seluruh kehidupan dan kepribadian beliau saw. Karenanya tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak meneladaninya.

Nabi Muhammad saw berperangai lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan saat memegang kekuasaan, dan sabar saat tertekan. Beliau tidak mudah marah dan paling cepat ridha. Beliau tidak membalas untuk dirinya sendiri kecuali terhadap kehormatan Allah, lalu beliau membalas karena Allah.

Rasulullah saw sangat murah hati dan dermawan. Beliau memberikan apa pun dan sama sekali tidak takut miskin. Beliau tidak pernah menjawab ‘tidak’ jika ada yang meminta sesuatu.

Di samping itu, Nabi  saw juga tawadhu’ (rendah hati), jauh dari sifat sombong, konsisten dalam memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, dan paling penyayang. Beliau jauh dari akhlak yang buruk, tidak pernah berbuat keji, dan juga tidak pernah menyarankan pada kekejian. Beliau tidak suka mengumpat dan mengutuk, tidak suka membuat gaduh, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan yang sama.

Itulah tadi, Sobat Cahaya Islam, pembahasan singkat mengenai menjaga perasaan orang lain dalam Islam. Mudah-mudahan dapat menambah pemahaman tentang Islam dan memotivasi untuk terus berbuat baik kepada sesama.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY