Kunci Sukses Mendidik Anak – Meski kita sudah menitipkan anak ke sekolah atau pesantren, kita sebagai orangtua harus sadar bahwa kita tetap menjadi penanggung jawab utama dalam mendidik anak. Setiap orangtua pasti ingin anak-anaknya menjadi sholih. Salah satu orang yang bisa menjadi teladan dalam mendidik anak adalah keponakan Nabi Ayub yang pernah berguru dengan Nabi Dawud hingga Allah menganugerahinya hikmah, tak lain adalah Luqman Al-Hakim.
Tanggung Jawab Utama Pendidikan Anak di Tangan Orangtua
Tidak benar jika orangtua hanya memasrahkan pendidikan anaknya ke sekolah atau pesantren saja. Orangtua tidak boleh cuek dengan pendidikan anak tapi harus ikut andil menjadikan anak-anaknya menjadi sholih atau sholihah. Rasulullah bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi terlahir dalam keadaan suci. Maka kedua orangtuanya-lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (1)
Hadits ini menjadi isyarat betapa pentingnya tanggung jawab orangtua dalam membentuk akidah, akhlak, ataupun mu’amalah anak di masa depan. Maka, hendaknya orangtua memberikan perhatian lebih pada pendidikan anak.
Berkat karunia hikmah dari Allah, Luqman menjadi sosok orangtua yang bijaksana dalam mendidik anak. Beliau dikenal dengan metode dialognya yang bijak dalam menyampaikan pesan kepada anaknya. Sayangnya, banyak orangtua menganggap bahwa berdialog dengan anak hanya menghabiskan waktu. Padahal, hal ini punya manfaat luar biasa seperti merangsang pertumbuhan serta intelektual anak, mengenali potensi anak, dan tentu saja memberi kasih sayang serta perhatian lebih kepada anak.
Kunci Sukses Mendidik Anak: Dialog dari Hati yang Tulus


Luqman Al-Hakim mendidik anaknya bukan dengan dialog biasa, tapi dialog dari hati yang tulus. Dialog seperti ini penuh dengan rasa tanggung jawab dan keteladanan, sarat akan kasih sayang, menggunakan bahasa yang lemah lembut, mengundang simpati anak, dan mengerti akan psikologis anak sehingga anak lebih terbuka menerima pesan dari orangtua.
Tak hanya itu, nasehat dari dialog Luqman Al-Hakim mengedepankan skala prioritas dan mencakup hal-hal terpenting seperti akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Dan Luqman Al-Hakim memulainya dengan nasehat tentang tauhid atau akidah, sebagaimana yang tertera dalam ayat Al-Qur’an:
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasehatinya, Wahai anakku, janganlah menyekutuka Allah! Sungguh menyekutukan (Allah) itu benar-benar kedzaliman yang besar.” (2)
Dalam memanggil anaknya pun, Luqman menunjukkan kedekatan dengan anaknya sehingga anak merasa nyaman dan berkesan. Dari segi kandungan nasehatnya, beliau membekali anaknya dengan ilmu tauhid sebagai dasar akidah seorang muslim.
Pentingnya Kesadaran Akan Pengawasan Allah terhadap Kita Semua
Luqman Al-Hakim juga memberikan pesan penting agar anak sadar bahwa Allah selalu mengawasi kita dalam setiap perbuatan yang kita lakukan. Di ayat Al-Qur’an selanjutnya:
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ
“(Luqman berkata): Wahai anakku, sungguh jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, Allah akan memberinya (balasan).” (3)
Dari ayat di atas, kita bisa mencermati bahwa Luqman ingin menanamkan keimanan yang kuat pada hati anaknya supaya selalu merasa diawasi oleh Allah. Jika misi ini sukses, tentu saja akan membentuk karakter anak yang bertakwa dan sholih karena dasarnya adalah iman dan rasa takut pada Allah. Kita sebagai umat muslim bisa meneladani cara Luqman Al-Hakim dalam mendidik anak agar kelak menjadi pribadi yang kuat keimanannya.
Referensi:
(1) Sahih al-Bukhari 1385
(2) Q.S. Luqman 14
(3) Q.S. Luqman 16