Keutamaan Memaafkan Orang Lain – Meminta maaf memang sulit, tapi memaafkan jauh lebih sulit. Namun, jika seseorang mau memaafkan kesalahan orang lain, maka pahalanya sangat besar. Sayangnya, banyak orang enggan memaafkan dan lebih memilih menyimpan dendam. Mungkin, mereka tidak tahu keutamaan dari sikap memaafkan. Andaikan semua orang tahu, tidak sulit bagi kita semua untuk menjadi pemaaf.
Keutamaan Memaafkan Orang Lain: Mudah Diterima Masyarakat


Dulu, masyarakat Arab menerima Islam bukan karena paksaan apalagi peperangan. Justru, kebanyakan dari pemeluk agama Islam saat itu adalah karena mereka simpati dengan keelokan perilaku pendakwahnya, yang tak lain adalah Nabi Muhammad. Pasalnya, Rasulullah sudah mencontohkan ini sejak dulu, hingga orang-orang mengenalnya sebagai orang yang paling baik perangainya dan akhlaknya.
Ketika seseorang bertanya kepada ‘Aisyah, istri Nabi, ia menjelaskan:
لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا سَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ
“Rasulullah orang yang paling bagus akhlaknya: tidak pernah kasar, berbuat keji, teriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Justru beliau pemaaf dan mendamaikan.” (1)
Karena kebaikan akhlak beliau, semua orang segan dengan Rasulullah, baik kawan maupun lawan. Mereka semua tidak hanya menghormati, namun juga menyanjung etika beliau. Bahkan, banyak orang yang awalnya benci berubah menjadi hormat hingga menjadi sahabat sejatinya. Ini menjadi bukti betapa bulia akhlak Rasulullah.
Memaafkan Orang yang Membenci dan Menyakiti
Di antara sifat terpuji yang patut kita teladani dari Rasulullah adalah suka memberi maaf. Bahkan, sebelum orang lain yang berbuat salah meminta maaf, Rasulullah sudah memaafkannya. Tidak mudah untuk memaafkan orang yang menyakiti perasaan dan membenci. Tapi, Rasulullah bisa melakukannya.
Memaafkan atau tidak itu hak setiap orang. Tapi, di sinilah Allah menguji keimanan seseorang. Allah ingin tahu apakah ia lebih menuruti egonya atau bisa mengalahkan amarah dengan memberi maaf. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ
“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat, maka pahalanya dari Allah.” (2)
Kemuliaan bagi Orang yang Memaafkan
Memaafkan bukan berarti lemah. Justru, memaafkan adalah bukti bahwa kita kuat, yakni kuat menahan ego dan amarah. Itulah kenapa Allah memberikan kemuliaan bagi para pemaaf, sebagaimana hadits di bawah ini:
وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
“Tidaklah Allah menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan.” (3)
Segudang pahala sudah menanti bagi siapapun yang mau memberi maaf kepada orang lain yang berbuat salah. Rasulullah sudah memberikan teladan untuk kita semua agar mudah memaafkan. Andai saja Rasulullah adalah seorang pemarah dan pendendam, pastilah pemeluk agama Islam tidak akan sebanyak saat ini.
Referensi:
(1) Mishkat al-Masabih 5820
(2) Q.S. Asy-Syura 40
(3) Mishkat al-Masabih 1889