Kaum Muhajirin adalah – Sobat Cahaya Islam, kisah tentang hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah tentunya tak bisa lepas dari kaum Muhajirin dan Anshar. Kedua kaum ini turut mewarnai sejarah perjuangan Islam. Kaum Muhajirin adalah orang-orang yang memiliki kedudukan mulia. Mereka telah masuk Islam saat tinggal di Makkah bersama Rasulullah saw lalu menyertai beliau hijrah ke Madinah.
Kaum Muhajirin meninggalkan tanah, rumah, harta, sanak kerabat, dan kedudukannya di Makkah. Selanjutnya mereka berhijrah ke Madinah yang merupakan tempat asing, memulai lagi kehidupan dari titik awal. Sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tidak main-main untuk mempertahankan Islam.
Kondisi Umat Islam Makkah Menjelang Hijrah
Setelah wafatnya dua orang yang mencintai Nabi Muhammad saw, yakni Khadijah ra dan paman beliau Abu Thalib, kafir Quraisy semakin berani menentang beliau. Mereka menyiksa dan menyakiti beliau secara terang-terangan.
Para sahabat juga mengalami berbagai siksaan yang keras. Sebagian sahabat terpaksa meminta perlindungan kepada orang-orang kafir Quraisy untuk menyelamatkan diri.
Tekanan yang demikian keras ini menyebabkan Rasulullah saw berusaha mencari tempat berlindung bagi umat Islam. Mulailah dakwah Rasulullah saw merambah ke daerah-daerah di sekitar Makkah. Salah satunya adalah Thaif.
Sayangnya penduduk Thaif menolak dakwah beliau. Bahkan mereka mengusir Nabi saw, mencaci-maki, dan melempari beliau dengan batu-batu. Kedua sandal beliau bersimbah darah karena lemparan batu. Nabi Muhammad saw meninggalkan Thaif dengan hati sedih setelah sepuluh hari berdakwah di sana.
Setelah berdakwah ke Thaif, beliau kembali ke Makkah. Rasulullah saw mencoba menyampaikan Islam kepada kabilah-kabilah dan orang-orang yang datang ke Makkah untuk berhaji. Ajakan-ajakan beliau akhirnya berbuah manis ketika beliau menemui enam pemuda Yatsrib. Keenamnya menerima Islam dan menyatakan akan mendakwahkan agama baru mereka kepada kaumnya.
Musim haji berikutnya, lima orang di antara mereka kembali bersama tujuh orang lain. Mereka menemui Rasulullah saw dan berbaiat kepada beliau di Aqabah. Ketika mereka pulang ke Yatsrib, Rasulullah saw mengutus bersama mereka Mush’ab bin Umair ra sebagai duta dakwah.
Dakwah Mush’ab berhasil dengan gemilang. Mayoritas penduduk Yatsrib menerima Islam. Sifat-sifat alami mereka baik dan memiliki mental baja. Hal ini menjadi harapan baik bagi Islam dan perlindungan dakwah.
Pada musim haji tahun setelahnya, datanglah 70 muslim Madinah ke Makkah untuk berhaji. Mereka menjalin komunikasi secara sembunyi-sembunyi dengan Rasulullah saw. Sehingga mereka bersepakat untuk berjumpa di Aqabah dan terjadilah Baiat Aqabah Kedua.
Proses Hijrah ke Madinah
Baiat Aqabah Kedua menjadi tonggak suksesnya pembinaan rumah baru bagi Islam. Kesiapan muslim Yatsrib untuk bekerja sama dan saling melindungi dengan muslim Makkah, menjadikan Rasulullah saw memberikan izin kepada para sahabat untuk berhijrah.
Mulailah muslim Makkah berangsur-angsur berhijrah ke Yatsrib yang kelak menjadi kota Madinah. Mereka melakukannya secara diam-diam karena kaum kafir Quraisy tidak suka jika umat Islam menemukan tempat berlindung. Orang-orang yang berhijrah ke Madinah inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan kaum Muhajirin.
Muhajirin berasal dari kata haajara yujaahiru yang bermakna berpindah. Kaum muhajirin adalah orang-orang Islam yang berpindah dari Makkah menuju Madinah. Adapun kaum Anshar adalah penduduk Yatsrib yang menerima Islam dan dengan sukarela menjadi penolong bagi Nabi Muhammad saw dan para sahabat yang baru saja berhijrah.
Bersama kaum Muhajirin dan Anshar Rasulullah saw meletakkan pondasi negara Islam. Dari sanalah Islam berkembang meraih kejayaan dan kegemilangan selama lebih dari tiga belas abad.
Kemuliaan kedudukan kaum Muhajirin ini Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan di dalam Al-Qur’an.
Kaum Muhajirin adalah Orang yang Memiliki Kemuliaan
Sobat Cahaya Islam, kaum Muhajirin memang orang-orang yang telah tergembleng oleh berbagai tekanan dan penindasan. Bimbingan Rasulullah saw menjadikan mereka tetap kuat dalam iman. Mereka memiliki ruh yang luhur, hati yang murni, kebaikan akhlak, mampu mengendalikan hawa nafsu, dan tidak mencintai materi.
Karakter kaum Muhajirin yakni memiliki kekokohan iman, mengekang hawa nafsu, siap berkorban, merindukan surga, dan mencintai ilmu. Demikianlah karakter mereka yang mampu mengemban tanggung jawab yang besar dan agung.
Allah ‘Azza wa Jalla memuji kaum Muhajirin dan Anshar dalam sebuah ayat, “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan untuk mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah: 100)
Demikianlah, Sobat Cahaya Islam, sekelumit kisah tentang kaum Muhajirin. Kaum Muhajirin adalah orang-orang yang telah berhasil menunjukkan kesetiaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Sungguh beruntung orang yang bisa mengikuti jejak mereka.