Bahaya Ilmu Tanpa Fiqih – Di era digital sekarang, ilmu bisa kita dapatkan dengan sangat mudah. Tinggal buka HP, ketik kata kunci, langsung keluar ribuan artikel, video, bahkan fatwa. Tapi ada satu hal yang sering kita lupakan: memahami ilmu secara benar. Dalam Islam, mengetahui saja tidak cukup—yang paling penting adalah memahami dan mengamalkannya dengan bijak.
Inilah kenapa Islam sangat menekankan pentingnya menjadi faqih (orang yang mendalam pemahaman agamanya), bukan sekadar ‘alim (orang yang banyak tahu).
Bahaya Ilmu Tanpa Fiqih: Bisa Menyesatkan


Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama.” (1)
Jadi, pemahaman agama (fiqh) adalah tanda kebaikan dari Allah. Kenapa? Karena orang yang hanya tahu, tapi tidak paham konteks dan hikmah, bisa keliru dalam menyikapi sesuatu.
Contohnya, ada orang yang tahu dalil tentang amar ma’ruf nahi munkar, tapi karena tidak punya fiqh, dia malah kasar, menyalahkan orang di depan umum, bahkan menimbulkan fitnah. Alih-alih membawa kebaikan, ia malah merusak citra Islam.
Ilmu Bisa Menjadi Senjata Makan Tuan
Kalau ilmu dipakai tanpa pemahaman, bisa jadi alat untuk menyerang, bukan membangun. Ini bahaya besar dalam dakwah masa kini. Kita lihat sendiri, banyak yang terlalu mudah mengkafirkan, menuduh bid’ah, atau merasa paling benar hanya karena tahu satu-dua dalil.
Padahal para ulama terdahulu seperti Imam Syafi’i atau Imam Ahmad sangat berhati-hati dalam berfatwa. Mereka tidak terburu-buru, bahkan lebih memilih diam jika belum yakin. Intinya, ilmu itu amanah, bukan alat pamer atau debat.
Lalu, apa saja ciri orang berilmu sekaligus faqih
- Bijak dalam menyampaikan kebenaran. Tidak tergesa, tidak emosional.
- Mengutamakan maslahat. Tahu kapan bicara, kapan diam, dan bagaimana menyampaikan dengan adab.
- Rendah hati. Tidak merasa paling tahu, dan terbuka dengan pendapat ulama lain.
- Mengamalkan sebelum mengajarkan. Ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon yang tidak berbuah.
Belajar Ilmu Itu Wajib, Tapi Fiqh Adalah Kebutuhan
Ilmu itu ibarat bahan bakar. Tanpa kemudi yang benar, mobil bisa tabrakan. Maka dari itu, jangan hanya mencari tahu, tapi juga mencari pemahaman. Belajarlah kepada guru yang mumpuni, jangan hanya mengandalkan media sosial atau Google.
Belajar fiqh itu bukan sekadar hafal kitab, tapi juga melatih hati untuk tawadhu’, tenang, dan tidak mudah menghakimi.
Jadilah Muslim yang Faqih, Bukan Sekadar Alim
Di tengah derasnya informasi agama yang berbeda-beda, mari kita menjadi Muslim yang bukan hanya tahu, tapi juga paham dan bijak. Karena ilmu tanpa fiqh bisa jadi bumerang. Tapi ilmu yang dibarengi dengan pemahaman akan menjadi Cahaya yang menerangi diri sendiri dan orang lain.
Semoga Allah menjadikan sobat Cahaya Islam semua bagian dari hamba-hamba-Nya yang dikehendaki kebaikan: mendalam pemahaman agamanya, lembut dalam dakwahnya, dan kuat dalam amalnya. Aamiin.
Referensi:
(1) Sunan Ibn Majah 220