Suka Mencampuri Urusan Orang Lain, Ini Dampaknya!

0
82
Suka Mencampuri Urusan Orang Lain Ini Dampaknya

Suka Mencampuri Urusan Orang Lain – Sobat Cahaya Islam, kehidupan ini akan terasa lebih damai jika setiap orang mampu menjaga diri dari mencampuri urusan yang bukan tanggung jawabnya. Namun, kenyataannya, banyak orang justru suka ikut campur dalam urusan orang lain, baik dalam bentuk komentar, kritik yang tak diminta, atau bahkan menyebarkan kabar yang tak jelas asal-usulnya.

Padahal, Islam sangat menjunjung tinggi prinsip menjaga kehormatan sesama dan menjauhkan diri dari perkara yang tidak bermanfaat.

Tidak Semua Perkara Perlu Diurus

Islam mengajarkan untuk fokus pada apa yang menjadi kewajiban dan meninggalkan hal yang tidak memberi manfaat. Rasulullah ﷺ bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (1)

Sobat Cahaya Islam, hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa ikut campur dalam urusan orang lain termasuk perbuatan yang tidak mencerminkan keislaman yang baik. Apalagi jika campur tangan itu justru menambah masalah, menyulut perselisihan, atau menyinggung kehormatan orang lain.

Di sisi lain, terkadang seseorang terlalu sibuk dengan urusan orang lain, padahal urusan dia sendiri lebih perlu diperhatikan. Memang, membantu orang lain itu perlu. Tetapi, kita harus tahu batas-batas di mana ada urusan orang lain yang tidak perlu kita campuri.

Dampak Buruk Suka Mencampuri Urusan Orang Lain

Sifat suka ikut campur tidak hanya mengganggu ketenangan orang lain, tetapi juga merusak hubungan sosial. Faktanya, banyak konflik dalam keluarga, pertemanan, hingga masyarakat bermula dari sikap ini. Orang yang terlalu banyak mencampuri urusan orang lain cenderung mudah menyebar gosip, mencurigai tanpa bukti, dan merasa paling tahu segalanya.

Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah menggunjing satu sama lain.” (2)

Ayat ini menegaskan larangan untuk mencari-cari kesalahan orang lain atau mengurusi sesuatu yang tidak menjadi urusannya. Bahkan, Islam memandang tajassus (mengintip) sebagai dosa, meski dengan alasan “ingin tahu” atau “ingin membantu”.

Jadilah Pribadi yang Menjaga Adab dan Batas

Sobat Cahaya Islam, adab Islam sangat mengedepankan privasi dan rasa hormat. Jika kita melihat keburukan pada saudara kita, maka sikap terbaik adalah menasihatinya secara langsung dan dengan cara yang baik, bukan dengan mencampuri atau menyebarkannya kepada orang lain.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupinya di dunia dan akhirat.” (3)

Sikap ini jauh lebih mulia daripada sekadar ikut komentar atau memperkeruh keadaan. Jika tidak mampu membantu dengan cara yang baik, maka menahan diri adalah bentuk kebaikan yang besar.

Sobat Cahaya Islam, mari kita jaga lisan, pandangan, dan tindakan dari mencampuri urusan yang bukan tanggung jawab kita. Biarlah setiap orang menjalani kehidupannya, selama tidak melanggar syariat. Fokuslah pada perbaikan diri, karena itu lebih berat namun lebih bermanfaat.


Referensi:

(1) HR. Tirmidzi no. 2317

(2) QS. Al-Ḥujurāt: 12

(3) HR. Muslim no. 2590

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY