Manfaat dan Tujuan Pernikahan – Sebenarnya, pernikahan merupakan syariat untuk semua manusia dan sudah ada sebelum Nabi Muhammad. Hanya saja kita harus mengikuti syariat yang Rasulullah bawakan sebagai Nabi terakhir. Pada hakikatnya, tujuan pernikahan adalah menghalalkan hubungan laki-laki dan perempuan.
Manfaat dan Tujuan Menikah: Menundukkan Pandangan dan Menjaga Kehormatan
Dengan menikah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang tadinya haram menjadi halal. Rasulullah menyampaikan anjuran menikah bagi siapapun yang telah mampu, melalui hadits berikut ini:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَنْكِحْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
“Wahai para pemuda! Siapapun di antara kalian yang telah mampu menikah, maka menikahlah! Sungguh menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan.” (1)
Dari hadits di atas, ada dua manfaat dan tujuan utama dari sebuah pernikahan. Yang pertama adalah untuk menundukkan pandangan dari lawan jenis yang bukan mahram, baik laki-laki ke perempuan atau sebaliknya. Sedangkan yang kedua adalah menjaga kehormatan seseorang agar tidak terjerumus ke dalam dosa, seperti zina.
Pernikahan Sebagai Solusi Menyalurkan Syahwat dengan Cara Halal
Baik laki-laki ataupun perempuan, pada dasarnya manusia punya kebutuhan jasmani seperti tidur, makan, minum, dll. Saat lapar dan haus, seseorang bisa makan dan minum di manapun. Begitu juga saat mengantuk, ia boleh tidur di mana pun. Tapi jika hasrat seksual yang muncul, seseorang tidak boleh melampiaskannya sembarangan. Allah berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا
“Janganlah kalian mendekati zina. Sungguh (zina) itu termasuk perbuatan keji dan jalan yang buruk (untuk menyalurkan syahwat).” (2)
Oleh karena itu, Islam memberikan solusi bagi siapapun yang sudah mampu untuk segera menikah. Karena jika menunda-nunda pernikahan, potensi terjadinya maksiat semakin besar. Dengan memiliki pasangan yang halal, seseorang bisa menyalurkan syahwat kepada istri atau suaminya.
Tips Menjadi Pasangan Suami-Istri yang Bahagia
Setelah menikah, pasangan suami-istri harus saling menerima kekurangan masing-masing. Kalau pasangan terlihat buruk, ingat bahwa tak ada manusia yang sempurna. Maka, ini tergantung bagaimana pasangan suami-istri bisa saling menerima dengan tulus dan ridha.
Penting untuk selalu kita ingat, pernikahan merupakan ikatan dengan tanggung jawab besar dan bukan kebahagiaan sesaat. Namun, ini berkaitan dengan perjalanan hidup bersama menuju masa depan yang tenteram. Dalam perjalanannya, aka nada banyak ujian. Tapi, setiap ujian merupakan kesempatan untuk memperkuat ikatan cinta.
Menjaga komunikasi adalah kunci keutuhan rumah tangga. Yang tak kalah penting adalah saling menerima kekurangan masing-masing dan mudah memaafkan. Semoga Allah menganugerahi kita semua anak-anak shalih dan shalihah. Aamiin..
Referensi:
(1) Sunan an-Nasai 3209
(2) Q.S. Al-Isra’: 32