Adab Memuliakan Tamu dan Keutamaannya

0
255
Adab Memuliakan Tamu Mengantarkan Tamu Pulang

Adab Memuliakan Tamu – Bukan hanya tradisi masyarakat, memuliakan tamu juga merupakan adab yang diajarkan dalam agama Islam. Ada banyak cara memuliakan tamu seperti menyambut tamu dengan sopan, memberi jamuan yang enak, dan mengantarkannya hingga depan rumah ketika tamu mau pulang.

Adab Memuliakan Tamu bagi Orang Mukmin

Syariat Islam mengajarkan seluruh umat muslim untuk memuliakan tamu yang datang ke rumahnya. Selain merupakan tradisi turun-temurun, ini juga mencerminkan sifat orang-orang mukmin, sebagaimana sabda Nabi:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, muliakanlah tamunya.” (1)

Entah itu saudara, tetangga, atau teman yang bertamu ke rumah kita, adalah kewajiban kita untuk memuliakan mereka. Menyambutnya dengan sopan, mengajaknya berbincang dengan ramah, dan menjamunya dengan hidangan yang enak termasuk bagian dari memuliakan tamu.

Murah Senyum kepada Tamu

Di antara adab menyambut atau menerima tamu adalah menyambut dengan senyum dan senang hati. Dengan sambutan yang hangat dan wajah yang ceria, serta kerendahan hati yang tulus, tamu pun akan merasa senang. Pasalnya, senyum kepada sesama muslim bernilai pahala sedekah, sebagaimana sabda Rasulullah:

 تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan wajah saudaramu (sesame muslim) adalah sedekah.” (2)

Saat tamu datang, kita harus menemani dan melayani kebutuhannya. Jangan sekali-kali merasa risih dengan adanya tamu karena tamu adalah kehormatan. Apalagi sampai membiarkan atau meninggalkan tamu sendirian. Jika tamunya cukup lama, kita juga perlu menunjukkan tempat shalat, arah kiblat, kamar mandi, bahkan kamar istirahat kalau ada. Jika makanan masih belum siap, setidaknya kita suguhkan dahulu minumannya.

Tamu Membawa Rezeki

Menjamu tamu termasuk anjuran dalam syariat Islam. Begitu juga menemani tamu untuk makan dan minum jamuannya. Bahkan, jika kita sedang berpuasa sunnah, justru sebaiknya kita membatalkan puasa sunnah tersebut dan makan bersama tamunya.

Di sisi lain, tamu ibarat pintu rezeki sehingga kita harus benar-benar memuliakannya. Rasulullah bersabda:

إِذَا دَخَلَ الضَّيفُ عَلَى قَومٍ دَخَلَ بِرِزْقِهِ وَإِذَا خَرَجَ خَرَجَ بِمَغْفِرَةِ ذُنُوبِهِمْ

“Apabila ada tamu yang masuk ke sebuah kampung, dia masuk dengan memawa rezekinya. Dan ketika tamu itu keluar, dia keluar membawa ampunan dosa-dosa mereka.” (3)

Bahkan, jika tamu tersebut adalah non-muslim, kita sebagai umat muslim tetap wajib memuliakannya. Kemudian, dalam berbincang-bincang dengan tamu non-muslim, hendaknya kita tidak membahas hal-hal yang berkaitan dengan keyakinannya agar tidak menyinggung perasaannya.

Siapapun tamu kita, kewajiban kita adalah bersikap ramah terhadapnya. Bertutur kata yang sopan dan lembut juga bagian dari adab dalam memuliakan tamu. Ketika hendak pulang, sebisa mungkin kita mengucapkan terima kasih dan mendoakannya agar selamat sampai rumah. Jangan lupa juga untuk mengantarkannya hingga depan pintu atau halaman rumah.


Referensi:

(1) Arbain Nawawi Hadits 15

(2) Jami’ at-Tirmidhi 1956

(3) H.R. ad-Dailami, al-Maqasid al-Hasanah No 62

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY