Menepis Kekhawatiran Masalah Rezeki – Manusia kerap kali merasa khawatir akan rezeki. Tak jarang mereka takut tidak bisa makan besok, atau mengkhawatirkan anak-anaknya tidak bisa kuliah di masa mendatang. Hal ini terjadi karena semakin mahalnya biaya hidup sedangkan pendapatan masih saja tak kunjung meningkat.
Dalam dinamika kehidupan, kekhawatiran ini cukup lumrah. Tapi sebagai hamba yang beriman, kita harus sadar bahwa ini semua adalah ujian dari Allah sehingga kita hendaknya melewatinya dengan ikhlas dan penuh pengharapan. Jika kita benar-benar beriman, harusnya kita bisa menepis kekhawatiran-kekhawatiran semacam ini.
Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Masalah Rezeki
Dulu, para sahabat Nabi pernah merasakan kekhawatiran yang sama dengan kebanyakan manusia sekarang. Hal itu terjadi saat Rasulullah menganjurkan kaum muslimin untuk hijrah ke Madinah. Mereka khwatir tidak punya tempat tinggal maupun pekerjaan untuk mencari penghidupan. Lalu, turunlah wahyu Allah yang berbunyi:
وَكَاَيِّنْ مِّنْ دَاۤبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَاۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِيَّاكُمْ
“Betapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (bisa) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu.” (1)
Maksudnya, Allah pasti memberikan rezeki kepada semua makhluk sehingga mereka merasa cukup, sekalipun itu burung yang terbang di udara, ikan dalam lautan, atau semut kecil yang ada di dalam bumi. Jika Allah saja sudah menjamin dan membuktikan bahwa Dia-lah yang memberikan rezeki kepada setiap makhluknya, kenapa kita masih merasa khawatir akan rezeki di esok hari?
Allah Telah Mengatur Rezeki Setiap Makhluk-Nya


Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita percaya dan yakin bahwa Allah sudah mengatur dan menentukan rezeki makhluk-makhluk-Nya. Namun, kita sebagai manusia tetap wajib berusaha karena Allah juga memerintahkan demikian. Berkaitan dengan takdir setiap makhluk, Rasulullah bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (2)
Maka, hendaknya kita memfokuskan pikiran kita untuk memikirkan apa-apa yang Allah perintahkan kepada kita. Tak seharusnya kita sibuk memikirkan rezeki yang Allah sudah jamin untuk kita. Pasalnya, Allah telah menjamin dua hal, yakni rezeki dan ajal. Selama ajal belum datang, rezeki pasti masih ada. Dan jika Allah menutup salah satu pintu rezeki kita, Dia pasti membukakan pintu lain yang lebih baik bagi kita.
Menepis Kekhawatiran dengan Merenungkan Rezeki untuk Janin
Jika kita mau berpikir, coba renungkanlah tentang keadaan janin dalam perut ibunya. Makanan berupa darah datang dari satu jalan, yakni pusar. Saat lahir, jalan rezeki itu terputus. Tapi, Allah membukakan dua jalan rezeki yang lain, yaitu 2 putting susu ibunya. Kedua jalan rezeki tersebut lebih lezat dan lebih baik dari jalan rezeki yang pertama, berupa air susu ibu.
Setelah sang ibu menyapihnya, dua jalan rezeki tersebut terputus. Namun Allah membuka 4 jalan rezeki baru yang lebih sempurna, yakni 2 makanan (dari hewan & tumbuhan) dan 2 minuman (dari air & susu). Setelah meninggal, keempat jalan rezeki tadi terputus. Lagi-lagi Allah memberikan yang lebih baik, jika ia hamba yang beruntung, dengan 8 jalan rezeki yaitu 8 pintu surga.
Begitulah Allah, selalu menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Bahkan Dia terus memberikan yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita manusia untuk merasa khawatir tidak mendapatkan rezeki. Bahkan, hendaknya kita selalu bersyukur dalam setiap keadaan.
Referensi:
(1) Q.S. Al-Ankabut 60
(2) Sahih Muslim 2653