Syair Abu Nawas – Abu Nawas merupakan salah satu tokoh sastrawan Arab yang cukup terkenal. Dirinya merupakan seorang pujangga yang gemar sekali mengeluarkan rayuan doa kepada Allah SWT termasuk dengan kemunculan syair Abu Nawas. Namun banyak sekali umat Islam yang mengira bahwa Abu Nawas merupakan tokoh fiktif saja.
Isi Syair Abu Nawas
Abu Nawas terkenal dengan syair buatannya yang mampu membuat sejumlah orang menitihkan air mata. Dalam syair tersebut berisi sebuah ungkapan bahwa Abu Nawas merupakan orang yang tidak pantas masuk surga. Syair tersebut seringkali orang kenal dengan istilah Al I’tiraf, berikut isinya:
إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً
Ilahi lastu lil firdausi ahla
Ya Tuhanku, hamba tidak pantas menjadi penghuni surga
وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ
Wala aqwa ala naril jahimi
Namun hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ
Fahab lii taubatan waghfir dzunubi
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku
فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْم
Fainnaka ghofiruz dzambil adzimi
Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
ذُنُوْبيِ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali
Dosaku bagaikan pasir di lautan
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً يَاذاَالجَلاَلِ
Fa hablii taubatan yaa dzaal jalaali
Maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
وَعُمْرِي نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍ
Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumin
Umurku ini setiap hari berkurang
وَذَنْبيِ زَئِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ
Wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
إِلهِي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ
Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka
Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu
مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ
Muqirrom bidzdzunuubi wa qod da’aaka
Dengan mengakui segala dosa dan telah memohon kepada Mu
فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَا أَهْلٌ
Fain taghfir fa anta lidzaaka ahlun
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni
فَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ
Fain tathrud faman narjuu siwaaka
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?
Hikmah Melantunkan Al I’tiraf
Terdapat sejumlah hikmah atau keutamaan yang bisa Sobat Cahaya Islam dapatkan setelah Melantunkan Al I’tiraf. Berikut ini sejumlah hikmah atau keutamaan yang bisa Sobat Cahaya Islam petik setelah melantunkan syair Al I’tiraf:
1. Alternatif Memohon Ampun
Memohon pengampunan kepada Allah SWT bisa Anda lakukan dengan banyak cara mulai dari sholat, sholawat, hingga melantunkan pujian-pujian. Hal ini termasuk juga dengan melantunkan syair Al I’tiraf. Memohon ampun dengan syair tersebut mampu membuat diri menjadi lebih tenang.


Hampir semua orang Islam yang memohon ampun pasti langsung merasa tentram. Memohon pengampunan kepada Allah SWT juga menjadi salah satu kewajiban semua orang terlebih jika baru saja melakukan perbuatan dosa. Hal ini telah tercantum dalam QS. An-Nisa’ {4} : 110.
وَمَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهٗ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Artinya: Dan barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
2. Mengurangi Dosa
Membaca syair Abu Nawas berupa Al I’tiraf bisa merontokkan atau mengurangi dosa. Hal ini lantaran dalam syair tersebut mengandung sejumlah permohonan atas semua kesalahan. Terlebih Allah SWT mengampuni dosa-dosa manusia yang mau bertaubat dan mengakui kesalahannya.
Dengan begitu dosa yang Anda miliki akan terhapus asalkan berjanji tidak mengulangi kembali. Membaca Al I’tiraf juga bisa berarti pengakuan dosa-dosa yang telah Anda perbuat.
3. Jauh dari Rasa Sedih
Melantunkan syair Al I’tiraf membuat hati terhindar dari rasa sedih. Bahkan dengan membaca syair tersebut sejumlah kesusahan dan keresahan hati bisa sirna begitu saja. Orang yang rajin melantunkan pujian sekaligus mengingat kesalahan diri sendiri cenderung akan jauh dari rasa sedih.


Dalam lirik yang terkandung dalam syair memang membuat semua orang berderai air mata. Namun dalam makna yang terkandung justru membuat hati terasa lega setelah mengungkapkan beberapa ketakutan seperti tidak siap masuk neraka.
4. Musahabah Diri
Sobat Cahaya Islam bisa memakai syair Al I’tiraf sebagai musahabah diri. Musahabah diri berarti mengingat-ingat kesalahan dan dosa yang pernah orang tersebut perbuat selama hidup. Orang yang tengah musahabah diri biasanya memiliki komitmen untuk tidak mengulangi lagi kesalahan serupa.
Orang yang gemar mengingat-ingat kesalahan cenderung lebih berhati-hati dalam bertingkah laku. Tidak hanya itu saja, musahabah diri dapat menjadi alternatif untuk evaluasi sehingga lebih baik lagi. Allah SWT menganjurkan seseorang untuk musahabah diri sebagaimana yang telah tercantum dalam QS. Al-Hasyr: 18.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Syair Abu Nawas merupakan salah satu alternatif memohon ampun sekaligus musahabah diri yang bisa Sobat Cahaya Islam terapkan. Dengan melantunkan syair tersebut hati lebih tentram.