(Fiqih Islam) Hukum Asal Ibadah Adalah Terlarang!!

0
1690
fiqih islam

Hukum Islam – Dalam islam kita dilarang untuk mengikuti suatu ajaran tanpa adanya ilmu yang jelas. Hal ini sesuai dengan fiqih islam bahkan dijelaskan dalam Al Quran dan sunah. Dalam menjalankan semua ibadah sehari-hari, sudah terdapat tuntunannya di Al Quran dan hadist. Kita hanya perlu mengikutinya.

Fiqih Islam

Hal ini dijelaskan oleh syaikhul islam ibnu taimiyah rahimahullah “inti agama ini berporos pada 2 hal : 1, kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah semata, 2) kita tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang telah Allah syariatkan, kita tidak menyembah-Nya dengan kebid’ahan.

Dari penjelasan diatas kita dilarang untuk membuat ibadah baru yang tidak memiliki landasan hadist atau ayat Al Quran. Semua hukum dan syariat hanya Allah SWT yang boleh menetapkannya. Tanpa adanya ilmu yang jelas, kita dilarang untuk mengikutinya.

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. [1]

Hal ini juga dijelaskan lagi dalam Q.s An Nisa 115 “Dan barangsiapa yang menentang rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. Dari fiqih islam ini sudah dijelaskan dengan pasti, bahwa kita harus menjalankan semuanya berdasarkan tuntunan dari rasulullah SAW. Tanpa adanya dasar yang pasti kita dilarang untuk membuat ibadah baru.

 [2] وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Dalil Tentang Larangan Membuat Ibadah Baru

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

Dalam Qs al a’raf: 3 “ ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya” bahkan ada dalil yang menjelaskan tentang larangan untuk berkata tanpa adanya ilmu yang jelas. [3]

Fiqih islam ini dijelaskan dalam Qs An Nahl: 116” Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ ini halal dan ini haram”. Untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”.

[4] وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

Dengan surat diatas, anda pasti semakin paham bahwa kita dilarang untuk berkata tanpa adanya ilmu yang pasti, sebuah perkataan tanpa adanya ilmu yang jelas, hanya sebuah omong kosong dan kebohongan belaka, sedangkan orang yang berbohong tidak akan mendapat keberuntungan. Apalagi hal ini berhubungan dengan fiqih islam. Berhubungan dengan ibadah yang dilakukan setiap harinya. Allah SWT sangat melarang kita untuk berkata bohong tanpa ilmu, apalagi membuat ibadah baru tanpa dalil yang jelas.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Larangan untuk membuat perkara ibadah baru dijelaskan dalam Qs Al Maidah 3 diatas “ Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku cukupkan kepadamu nikmatku dan telah kuridhai islam itu jadi agama bagimu”. [5]

Ayat ini dikuatkan lagi dengan hadist HR bukhari no 2697 “ barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut ditolak. Sebenarnya masih banyak sekali hadist yang menjelaskan tentang fiqih islam ini. [6]

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏  مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ ‏”‏‏.‏ رَوَاهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الْمَخْرَمِيُّ وَعَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ أَبِي عَوْنٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ‏

Kita sangat dilarang untuk membuat perkara ibadah baru karena temasuk bidah. Bidah merupakan kesesatan yang tanpa dasar sama sekali. Sayangnya di sekitar kita, hal ini masih banyak terjadi. Masih banyak orang yang belum tahu tentang larangan ini. misalnya larangan untuk menambahkan nama atau sifat Allah kecuali yang sudah ada dalilnya. Mengamalkan lafadz dzikir yang tidak ada dalilnya, melebihi batas dalam beragama atau berlebih-lebihan dalam melakukan ibadah tanpa hadist yang jelas. Tata cara dalam ibadah yang baru dan masih banyak lainnya. dalam beribadah kita harus tahu dasarnya, jangan hanya mengikuti. Itulah ilmu fiqih islam yang benar.


Catatan Kaki

[1] Q.S. Asy syura (42) ayat 21

[2] Q.S. An-Nisa  (4) ayat 115

[3] Q.S. Al-A’raf (7) ayat 3

[4] Q.S. An Nahl (16) ayat 116

[5] Q.S. Al Ma’idah (5) ayat 3

[6] HR bukhari no 2697 (sahih)

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY